Padang, (ANTARA News) - Staf Khusus Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Febby Dt Bangso menyatakan, dalam upaya mencegah kasus "stunting" (anak kerdil) di daerah dapat dilakukan dengan mengoptimalkan dana desa.Penggunaan dana desa tidak hanya untuk kegiatan fisik semata tapi juga pengembangan ekonomi masyarat dan peningkatan kualitas hidup masyarakat
"Penggunaan dana desa tidak hanya untuk kegiatan fisik semata tapi juga pengembangan ekonomi masyarat dan peningkatan kualitas hidup masyarakat," katanya melalui pernyataan yang diterima di Padang, Sumatera Barat, Kamis.
Menurut dia dalam meningkatan kualitas hidup masyarakat tentunya peran kader Posyandu sangat besar dan keberadaan dana desa tentunya dapat dimanfaatkan bagi peningkatan hidup masyarakat desa menjadi lebih baik.
Ia juga mengatakan dengan adanya kegiatan Raker Kader Posyandu Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, sebagai bentuk penguatan wawasan kader dalam membangun sumber daya manusia melalui kesehatan masyarakat dan diharapkan para kader lebih meningkatkan kerja sama antarlembaga.
"Saat ini persoalan stunting atau bayi tumbuh pendek perlu mendapatkan perhatian bersama, Sumbar berada di atas rata-rata nasional yakni sebesar 30,08 persen. Untuk itu perlu langkah pencegahan dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, stunting ini disebabkan masalah gizi kronis, akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama. Stunting pada umumnya terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga anak memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya.
Diharapkan persoalan ini tidak terjadi di Kabupaten Agam. "Untuk itu, para kader Posyandu memiliki tugas untuk peningkatan kesehatan anak, khususnya bayi atau balita karena dengan mengoptimalkan dana desa," katanya.
Dalam kesempatan itu, Febby Dt Bangso juga mengapresiasi Forum Kader Posyandu (Forkapos) Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam yang menjadi Posyandu model atau percontohan nasional.
Ketua Forkados Kecamatan Ampek Angkek Erita Ariyani mengatakan Forkapos tersebut telah berjalan selama satu tahun dan membawahi 62 Posyandu dan 244 orang kader yang terbagi dalam posyandu madya, purnama dan mandiri.
"Kita terus berupaya agar Forkados Ampek Angkek ini agar lebih berkembang, serta meningkatkan kapasitas kader.?Untuk itu kami mengharapkan komitmen?antar kader ini dapat berjalan dengan maksimal," katanya.
Ia mengatakan Forkapos ingin menambah wawasan dan pengembangan kemampuan para kader Posyandu yang ada dengan berbagai kegiatan pelatihan, seminar, loka karya tentang kesehatan ibu dan anak.
"Kita ingin meminimalkan kasus stunting di daerah ini dan salah satu caranya adalah bersinergi dengan program Kemendes PDTT dan menjadikan posyandu ini berbasis online untuk memudahkan pelayanan," katanya.
Baca juga: Mendes optimistis Indonesia terbebas stunting sebelum 2024
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019