Jakarta (ANTARA News) - Industri perdagangan berjangka komoditas diprediksi tetap tumbuh signifikan saat Tahun Politik 2019 karena bisa menjadi alternatif investasi baru.Potensi terjadinya dinamika pada harga komoditas itu pasti, namun pasar akan stabil
"Pengaruh Pilpres (pemilihan presiden) terhadap perdagangan berjangka komoditas sangat minor," kata Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang pada gathering di Jakarta, Kamis.
Bahkan, menurut Paulus, perdagangan berjangka komoditas bisa menjadi kesempatan dan alternatif untuk investasi yang "aman" di tengah tahun politik dan ketidakpastian global.
"Ini (perdagangan berjangka komoditas) adalah pasar global, bukan pasar lokal. Benar-benar sebuah kesempatan. Karena itu kami optimistis (tumbuh) tahun 2019," ujar Paulus.
Diakuinya, dibanding pasar modal, perdagangan berjangka komoditas terbilang lambat pertumbuhannya. Saat ini bursa komoditas baru memiliki sekitar 200.000 account atau nasabah.
"Jadi ruang untuk tumbuhnya masih sangat besar," kata Paulus.
Hal senada dikemukakan CEO PT Rifan Financindo Berjangka, Teddy Prasetya. Sebagai pemimpin pasar pada perdagangan berjangka komoditi di Indonesia, ia memasang target pertumbuhan di atas 20 persen.
"Tahun ini kami menargetkan 3.500 nasabah baru dan transaksi sebesar 1,5 juta lot," kata Teddy.
Tahun 2018, PT Rifan Financindo Berjangka mampu 2.833 nasabah baru, angka itu lebih besar dari pencapaian tahun 2017 sebanyak 2.122 nasabah.
Demikian pula dengan volume transaksi pada 2018 mencapai 1,178 juta lot, naik 93,03 persen dibanding 2017 sebanyak 610.326 lot.
Teddy optimistis meski ada pesta demokrasi di Indonesia, peluang perdagangan berjangka tumbuh masih sangat besar.
"Potensi terjadinya dinamika pada harga komoditas itu pasti, namun pasar akan stabil, karena beberapa permintaan komoditas seperti kopi dan emas diprediksi masih tetap tinggi," kata Teddy.
Baca juga: Unair gandeng tiga perusahaan edukasikan industri PBK
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019