Serah terima kepada keluarga dilakukan oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI AM Fachir dan disaksikan oleh Duta Besar RI untuk Filipina Sonny Sarundajang serta Wakil Bupati Majene H. Hidayat di Jakarta, Jumat.
"Pembebasan ini melibatkan proses yang sangat sulit dan berbahaya. Namun hal tersebut dilakukan oleh pemerintah demi melindungi nyawa WNI," kata Wamenlu Fachir dalam keterangan tertulis.
Samsul diculik di perairan Pulau Gaya, Semporna, Sabah, pada 11 September 2018. Samsul disandera oleh kelompok kriminal bersenjata di Pulau Sulu, Filipina Selatan, selama empat bulan empat hari sebelum akhirnya dibebaskan pada 15 Januari 2019.
Samsul adalah nelayan WNI keempat asal Majene, Sulawesi Barat, yang diculik di perairan Sabah dan dibebaskan dari penyanderaan.
Sebelumnya, Sawal dan Saparudin, yang diculik pada November 2016 dibebaskan pada September 2017. Selain itu Usman Yunus yang diculik September 2018 dan dibebaskan Desember 2018.
Untuk mengantisipasi agar kasus penculikan terhadap WNI tidak berulang, Pemda Kabupaten Majene dan Provinsi Sulawesi Barat tidak lagi mengizinkan warganya untuk bekerja sebagai nelayan di Sabah, Malaysia.
Sebagai alternatif, pemda mendorong pengembangan industri penangkapan ikan laut di daerahnya.
"Kami tidak ingin mereka kembali bekerja di Sabah, Malaysia. Kami bersama pemerintah provinsi sudah membeli kapal dan mempekerjakan para nelayan eks Sabah ini, termasuk Saparudin yang bebas tahun 2017. Insya Allah Samsul juga akan bekerja disitu", kata Wakil Bupati Majene H Hidayat.
Sejak 2016, sebanyak 36 WNI disandera di Filipina selatan, 34 diantaranya sudah bebas, sementara dua WNI lainnya masih dalam upaya pembebasan.
Baca juga: WNI sandera di Filipina selatan dibebaskan
Baca juga: Kemlu fokus dampingi keluarga WNI yang disandera
Baca juga: Kemlu benarkan video sandera minta tolong adalah WNI
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019