Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos saat melakukan sensus burung air di kawasan hutan lindung Angke, Jakarta, Sabtu.
Pada pengamatan terakhir yang dilakukan oleh Biodiversity Warriors dari Yayasan KEHATI, kelompok anak muda yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, melihat kotornya lingkungan di sekitar hutan lindung menjadi tempat yang tidak nyaman bagi burung air.
“Sisa sampah yang dibuang dari aktivitas manusia di Kali Angke menjadikan ekosistem yang berada di bawah air tidak lagi menjadi tempat yang baik ikan yang menjadi makanan burung air,” kata Riki.
Pada 2016, Biodiversity Warriors berhasil mendata 18 jenis burung air yang berada di kawasan tersebut.
Beberapa di antaranya yakni burung kokokan laut (Butorides striatus), cangak abu (Ardea cinerea), pecuk-padi hitam (Phalacrocorax sulcirostris), pecuk ular asia (Anhinga melanogaster) dan beberapa jenis burung air lainnya.
“Jadi sensus ini untuk mengonfirmasi apakah kawasan tersebut masih menarik bagi burung air untuk menetap ataupun singgah,” kata Riki.
Kegiatan yang diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari umum, mahasiswa dan sekolah ini merupakan kali keempat dan rutin digelar di pekan ketiga atau keempat Januari setiap tahunnya di tempat yang sama.
Riki Frindos mengatakan kegiatan sensus secara berkala ini penting karena burung air merupakan indikator keseimbangan ekosistem lahan basah.
Ekosistem ini menyediakan makan, tempat istirahat dan bertengger bagi spesies burung yang dikenal karismatik ini.
Baca juga: Kerusakan habitat ancam populasi burung air
Baca juga: Azyumardi: manusia sebagai khalifah bertugas memakmurkan alam
Baca juga: Bengkulu jadi jalur migrasi 12 jenis burung air
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019