Menteri PUPR tinjau Bendung Copong Garut

21 Januari 2019 07:47 WIB
Menteri PUPR tinjau Bendung Copong Garut
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (tengah) meninjau Bendung Copong yang merupakan Daerah Irigasi di Leuwigoong, Garut. (ANTARA/Kementerian PUPR)

Pembangunan bendungan akan diikuti pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi primer

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau Bendung Copong bagian dari Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Dalam keterangan tertulisnya, yang diterima di Jakarta, Senin, Menteri Basuki menyaksikan masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong.

Menteri PUPR menghimbau masyarakat meningkatkan budaya buang sampah pada tempatnya dan tidak ke sungai.

Bendung Copong ditangani Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektare (ha) yang berada di 11 kecamatan Garut. 

Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air, pendangkalan pada saluran irigasi, dan kerusakan pada bangunan-bangunan air serta beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan. 

Kementerian PUPR telah menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas satu juta hektare dan merehabilitasi sekitar tiga juta hektare pada periode 2015-2019 dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional.

"Pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi primer," ujar Menteri Basuki dalam kunjungannya akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata yakni air mengalir ke sawah petani.

Sementara itu, Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap.

Tahun 2010-2014 dilakukan pembangunan Bendung Copong yang berfungsi menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi saat musim kemarau dengan biaya pembangunan Rp136,3 miliar. 

Dilanjutkan pada 2013-2018 membangun saluran primer sepanjang 15 km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 km.

Kemudian, pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 km dan rehabilitasi/peningkatan 69,5 km.

Selain itu, juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunan sebesar Rp495 miliar. 

"Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam dua tahun (2019-2020). Tahun 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp77 miliar," ujar Happy. 

Dia menjelaskan bahwa dengan adanya jaringan irigasi yang andal dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176 persen sekarang, menjadi 250 persen. Artinya bisa tanam padi dua kali dan satu kali palawija dalam satu tahun.

Baca juga: Presiden sebut sudah rehabilitasi irigasi primer seluas tiga juta hektare
Baca juga: Kementerian PUPR mulai genangi Bendungan Mila NTB

 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019