"Rencana acara perpisahan nanti membuat perasaan jadi tegang dan sedih karena saya akan berbicara di hadapan para penggemar bulu tangkis di Istora. Saya akan mengucapkan kata-kata perpisahan dan itu tentu paling susah dibandingkan pertandingan," kata Butet dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Atlet kelahiran Manado, 9 September 1985 itu mengaku ingin segera melewati masa-masa perpisahan karena mengaku tidak kuat menahan emosi rasa sedih.
"Saya sudah belasan tahun dalam cabang bulu tangkis dan ketika akan meninggalkan cabang olahraga yang saya cintai ini tentu sangat berat. Persiapan mental saya dalam turnamen ini adalah perpisahan bukan hanya pertandingan," kata Butet.
Pemain klub bulu tangkis Djarum Kudus itu mengaku belum mempunyai rencana untuk mengabdikan diri ke pemusatan latihan nasional Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ataupun klub yang telah membesarkannya, baik sebagai pelatih ataupun tim pendukung lain.
"Saya ingin menyegarkan pikiran dan lepas dari bulu tangkis. Saya masih fokus pada bisnis yang telah saya jalani sejak tiga tahun lalu yaitu tempat pijat refleksi, properti, dan penukaran mata uang," kata atlet peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 yang berpasangan dengan Tontowi Ahmad itu.
Namun, Butet mengaku pasti akan punya rasa kangen dan ingin mengunjungi pelatnas PBSI setelah menggeluti bisnisnya karena memulai latihan bulu tangkis sejak sekolah dasar.
"Saya akan berbagi pengalaman dengan adik-adik di pelatnas PBSI agar regenerasi atlet bulu tangkis kita lancar dan memberikan prestasi bagi Indonesia," katanya.
Baca juga: Panitia Indonesia Masters siapkan pesta perpisahan Butet
Baca juga: Kejurnas 2018 momentum terakhir Butet wakili Djarum
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019