"Tahun ini juga akan kita coba ke Eropa mungkin juga ke Amerika dan tempat-tempat lain," kata Kemal saat dihubungi Antara, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan PUI terus dipacu untuk melakukan penguatan produk inovasi atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang langsung bisa diterapkan atau masuk dunia industri.
"Kita melakukan kegiatan hilirisasi artinya pertemuan-pertemuan dengan industri. Kita sudah mulai bina (PUI) dari sekarang dengan industri," ujarnya.
Penguatan produk PUI yang bisa langsung masuk pasar telah dilakukan sejak lama. Hal itu terbukti dengan diperoleh 13 kontrak dengan 20 lembaga atau pelaku industri di Eropa pada 2017. Kemudian, pada 2018, telah disepakati 20 kontrak dengan pihak Jepang.
"Output yang harus mereka (PUI) kerjakan adalah jumlah hasil produk teknologi mereka yang diindustrikan, yang sudah bisa diterapkan di industri," ujarnya.
Dalam mendorong penguatan hasil PUI dan institusi PUI itu sendiri, Kemristekdikti juga melakukan pengembangan kapasitas PUI serta memfasilitasi PUI untuk mendapatkan kontrak kerja sama dengan industri dan atau lembaga lain.
Kontrak kerja sama dengan pihak Eropa antara lain produk buah merah, alat mempercepat penyelam dan bunga lipstik. Selanjutnya, kontrak kerja sama dengan pihak Eropa antara lain produk dari buah noni untuk kesehatan, kerja sama dengan penyalur citra satelit di Jepang, teknologi bidang budaya tentang cara mencelup batik.
"Mereka (Jepang) mengambil teknologi (mencelup batik) itu untuk membuat yang namanya Yukata, pakaian Jepang," tuturnya.
Terkait sasaran pasar ke wilayah Eropa dan Amerika serta tidak menutup kemungkinan ke wilayah lain, dia mengatakan persiapan tentu dilakukan sejak lama.
"Persiapan hampir satu tahun sebelum kita berangkat. Jadi kita tahu apa yang harus kita kerjakan, apa yang mereka (pasar) mau, itu yang harus kita kerjakan, apa yang mereka mau misalnya dengan standar tertentu," ujarnya.
Dia mengatakan sebelum menjual produk ke pasar internasional, berbagai survei dilakukan seperti kebutuhan pasar dan potensi yang menjanjikan.
"Selain kita mempersiapkan, kita juga harus mengetahui apa yang mereka (pasar) inginkan dan juga tidak boleh bersaing dengan mereka punya, (tapi menunjukkan keunggulan kita)," ujarnya.
Dia mengatakan selain survei itu, selama beberapa bulan ke depan pihaknya mendorong untuk mempersiapkan pematangan produk secara intensif, melakukan pembangunan kapasitas, meningkatkan pemahaman potensi pasar termasuk budaya, kebutuhan pasar, peta industri, kebutuhan riset dan sebagainya.
"Permasalahannya kita baru jual teknologinya saja, bagaimana keberlanjutannya itu, nah, ini yang harus kita pikirkan bersama-sama bukan hanya Kementerian Ristekdikti saja tapi seluruh pemangku kepentingan yang terkait," ujarnya.*
Baca juga: Kemristekdikti targetkan 120 pusat unggulan Iptek di 2019
Baca juga: Pusat Unggulan Iptek diharapkan jawab kebutuhan Indonesia
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019