Kapten speed boat CV Aisyah, Hudaini di Lombok Utara, Rabu, mengatakan, kejadian tersebut terjadi saat hujan deras serta angin Utara yang kencang.
"Ini mengakibatkan perahu milik warga saling menghantam satu sama lainnya, sehingga hancur dan puluhan perahu lainnya tenggelam," katanya.
Ia menyatakan, kondisi demikian memang sering terjadi saat musim hujan, namun pada musim hujan pada 2019, angin Utara terasa lebih kencang sehingga gelombang yang timbul juga lebih besar.
Hal senada dikemukakan Rusni, pemilik perahu yang rusak. Menurut dia, sebenarnya sejak Selasa (21/1) sore, gelombang tinggi sudah berlangsung, namun tidak terlalu besar sehingga pekerja masih bisa beraktivitas.
"Mereka mengirimkan barang-barang ke tiga Gili, Terawangan, Air dan Meno. Ketika malam hari angin keras bertiup kencang ditambah hujan deras dari sore hingga malam hari," katanya.
"Kami hanya bisa menyaksikan gelombang laut yang mengamuk dan perahu-perahu saling bertabrakan hingga pecah dan dua mesin boat hilang karena jatuh ke dasar laut," katanya.
Diperkirakan kerugian yang dialami warga pada musibah tersebut sekitar Rp1,5 miliar.
Hudaini mengatakan, satu perahu harganya sekitar Rp100 juta, sedangkan speed boat Rp250 juta tanpa mesin.
Rusni mengatakan titik lokasi korban gelombang besar angin Utara, terjadi di tiga tempat, yakni, Dusun Mentigi, Dusun Kecinan, dan Dusun Telok Kodeq.
"Semua perahu warga hancur lebur di terjang ombak," katanya.
Baca juga: Tinggi gelombang pantai selatan diprediksi 4 meter
Baca juga: BMKG serukan waspada gelombang laut tinggi Selasa
Pewarta: Mubarok dan Riza Fahriza
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019