"Angka kasus penyebaran DBD sejak Desember 2018 terus meningkat, bahkan baru pertengahan Januari 2019 kami mendata ada 34 warga yang terjangkit DBD yang satu diantaranya meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Sukabumi, Lulis Delawati kepada wartawan di Sukabumi, Rabu.
Menurut dia, meningkatnya penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes agypti ini dikarenakan banyak genangan air hujan di permukiman warga sehingga menjadi sarang untuk berkembangbiaknya nyamuk.
Untuk mencegah semakin meningkatnya angka kasus penyebaran penyakit DBD ini, pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan seluruh Puskesmas untuk melakukan pendataan lokasi-lokasi endemis.
Selain itu, penyuluhan terkait perilaku hidup bersih dan sehat semakin digalakkan dengan fokus utama yakni pemberantasan sarang nyamuk dengan cara membersihkan genangan air, mengubur barang bekas dan lain-lain serta ditambah penggunaan kelambu atau lotion antinyamuk.
"Kami pun sudah mulai melakukan pemetaan terhadap lokasi-lokasi endemik nyamuk Aedes agypti untuk segera dilakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan," ujar Lulis.
Dia mengatakan, dalam pencegahan dan pemberantasan ini peran masyarakat sangat penting, sebab jika dilakukan fogging atau pengasapan hanya akan membunuh nyamuk dewasa saja, tetapi jentiknya masih tertinggal.*
Baca juga: Meski kasus DBD naik, Tulungagung-Jatim belum tetapkan status KLB
Baca juga: Waspadai peningkatan penderita DBD
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019