Osaka, juara AS Terbuka 2018 berusia 21 tahun dan unggulan keempat itu, sempat gagal memanfaatkan tiga kali "championship point" dan menyerah pada set kedua, tapi kembali bangkit merebut set ketiga untuk memenangi pertandingan dengan skor akhir 7-6 (7-2), 5-7, 6-4.
Bagi Kvitova, 28 tahun, dan unggulan ke delapan, penampilan di ifnal merupakan pencapaian terbaik sejak cedera setelah ditikam dengan pisau oleh penyusup di rumahnya pada 2016 lalu.
Ada pemandangan berbeda saat penyerahan tropi juara dibanding di AS Terbuka tahun lalu ketika Osaka saat itu tampak kikuk dan terbata-bata saat memberika kata sambutan.
Tapi di Melbourne, Osaka tampak berbeda karena selalu menebar senyum saat prosesi penyerahan tropi.
"Ehm... halo. Maaf, berbicara di depan publik memang bukan keahlian saya, jadi saya berharap bisa melewatinya," kata Osaka seperti dikutip bbc.com.
"Saya sebelumnya sudah membuat catatan, tapi masih lupa kata-kata yang akan saya ucapkan. Terima kasih semua, saya benar-benar merasa terhormat karena bisa mencapai final," katanya.
Sementara Kvitova, dua kali juara Wimbledon, mengatakan bahwa ia merasa beruntung masih hidup setelah insiden penikaman terhadap dirinya pada Desember 2016.
Osaka sepertinya akan memastikan gelar juara dengan mudah sebelum Kvitova bangkit untuk menyamakan kedudukan 5-5 pada set kedua dan merebut 12 point secara beruntun untuk berbalik memimpin untuk pertama kalinya sejak awal pertandingan.
Namun setelah sempat berurai air mata saat menuju kamar ganti saat istirahat karena gagal menuntaskan set kedua, Osaka kembali berhasil mengembalikan suasana dan fokus, serta akhirnya menuntaskan perlawanan Kvitova.
Kemenangan tersebut membuat Osaka mencatat sejarah sebagai petenis pertama sejak Jennifer Capriati dari AS pada 2001 yang berhasil merebut gelar juara grand slam untuk kedua kalinya secara beruntun.
Osaka yang menggeser posisi petenis Simona Halep di peringkat puncak selama 48 minggu, juga menoreh sejarah dengan tinta emas sebagai petenis Asia pertama yang bertengger di puncak.
Bukan itu saja, ia juga menjadi petenis termuda yang menduduki peringkat teratas dunia sejak Caroline Wozniacki dari Denmark yang berusia 20 tahun pada 2010.
Osaka meraih gelar juara Grand Slam pertama di AS Terbuka pada September 2018 lalu setelah di final menaklukkan harapan tuan rumah dan juga juara Grand Slam 23 kali, Serena Williams.
Tapi partai final yang berlangsung di Flushing Meadow itu diwarnai pertengkaran antara Williams dengan wasit Carlos Ramos yang memimpin pertandingan.
Suasana penyerahan tropi juara ketika itu pun berlangsung dalam suasana yang tidak nyaman bagi Osaka karena penonton terus menerus berteriak mengolok-olok Ramos, membuat Serena merasa perlu untuk mengimbau kepada penonton agar tenang demi untuk menghormati Osaka, sang juara baru.
Tapi suasana di Rod Laver Arena tampak berbeda, setelah Osaka menghentikan perlawanan Kvitova setelah berjuang selama dua jam 27 menit di hadapan sekitar 15.000 penonton.
"Saya sebenarnya tidak menginginkan ini sebagai pertemuan pertama kita. Tapi selamat kepada Anda dan tim Anda," kata Osaka memuji Kvitova sambil mengangkat tropi juara Daphne Akhurst Memorial Cup.
"Anda sungguh luar biasa dan saya merasa terhormat bisa bertemu dengan Anda di final Grand Slam," katanya.
Sementara Kvitova tampak penuh emosial dalam upacara penyerahan hadiah tersebut, sementara para penggemarnya berharap petenis itu bisa tampil sebagai pembawa inspirasi dengan bangkit lagi setelah drama penusukan terhadap dirinya.
"Ini benar-benar luara biasa. Saya hampir tidak percaya bisa tampil lagi di final Grand Slam," katanya dengan terbata-bata, sampai berusaha keras menahan air mata yang mengalir.
"Ini final yang luar biasa. Selamat, Naomi," katanya.
Baca juga: Taklukkan Kvitova, Osaka juara tunggal putri Australia Terbuka
Baca juga: Final Australia Terbuka, Osaka bugar dan siap taklukkan Kvitova
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019