• Beranda
  • Berita
  • Said Aqil tegaskan Islam pandang mulia perempuan

Said Aqil tegaskan Islam pandang mulia perempuan

27 Januari 2019 09:41 WIB
Said Aqil tegaskan Islam pandang mulia perempuan
Peserta dari Muslimat NU menyaksikan tarian Sufi ketika mengikuti Harlah Ke-73 Muslimat NU, doa bersama untuk keselamatan bangsa, dan maulidrrasul, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (27/1/2019). Acara tersebut mengangkat tema "Khidmah Muslimat NU, Jaga Aswaja, Teguhkan Bangsa". ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Sirodj menegaskan kalau perempuan dalam perspektif Islam punya tempat dan kedudukan yang amat mulia.

Pria yang akrab disapa Kyai Said itu menyampaikan hal tersebut pada tausyiahnya dalam acara Harlah Muslimat NU ke-73 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu.

“Al-Quran mengabadikan perempuan dalam surat An-Nisa yang artinya perempuan, enggak ada itu surat Ar-Rijal (laki-laki),” kata Kyai Said.

Dalam sejarah perjuangan Islam, perempuan juga menorehkan momen-momen penentu. Bahkan, orang yang pertama mati dalam membela agama Islam adalah seorang perempuan bernama Sumayyah.

“Sumayyah dibunuh Abu Jahal, setelah itu baru suaminya Yasir,” ucap dia.

Kyai Said lantas mengeluarkan sebuah kisah tentang Khalifah kedua Umar bin Khatab yang tetap diam ketika istrinya memarahinya.

“Saya juga begitu, gelar Profesor, Doktor, Kyai, Ketua Umum, kalau istri saya marah, rontok semua gelar ini,” kata Kyai Said sambil bercanda yang kemudian disambut tawa oleh para jamaah yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Kyai Said pun menjelaskan kalau hikmah dari kisah-kisah ini adalah keutamaan perempuan yang harus dijaga oleh siapa saja. Hal ini juga didasarkan pada perkataan Nabi Muhammad.

“Maka hargailah istrimu. Kata Nabi, suami yang baik adalah suami yang sayang istri,” ucap dia.

Baca juga: Jamaah Muslimat NU gelar doa untuk keselamatan bangsa
Baca juga: 999 penari sufi meriahkan Harlah Muslimat NU
 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019