BNPB: 68 meninggal karena banjir Sulsel

27 Januari 2019 15:09 WIB
BNPB: 68 meninggal karena banjir Sulsel
Warga mencari sisa barang yang masih bisa digunakan pasca bencana tanah longsor di Desa Pattalikang, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/1/2019). Peristiwa tersebut mengakibatkan puluhan rumah warga tertimbun tanah serta menyebabkan 12 orang meninggal dunia dan 11 orang masih dalam pencarian. (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Jakarta (ANTARA News) - Bencana banjir, longsor dan puting beliung yang melanda wilayah Sulawesi Selatan sejak 22 Januari 2019 hingga hari ini menyebabkan 68 orang meninggal dan ribuan orang mengungsi.
  
"Hingga 27 Januari 2019, tercatat 188 desa terdampak bencana di 71 kecamatan yang menyebabkan 68 orang meninggal, 7 orang hilang, 47 orang luka-luka, dan 6.757 orang mengungsi," Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
   
Daerah yang paling parah mengalami dampak banjir dan longsor adalah Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Jeneponto, Marros dan Wajo.
 
Kerusakan fisik meliputi 550 unit rumah rusak (33 unit hanyut, 459 rusak berat, 30 rusak sedang, 23 rusak ringan dam 5 tertimbun). Sementara 5.198 unit rumah terendam, 16,2 kilometer jalan terdampak, 13.326 hektar sawah terdampak dan 34 jembatan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 8 fasilitas pemerintah serta 65 unit sekolah juga rusak.
   
"Pencarian 7 orang hilang masih dilakukan tim SAR gabungan," ungkap Sutopo.
 
BNPB terus mendampingi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanganan darurat di Desa Sapaya, Desa Bontomanai, Desa Mangempang, dan Desa Buakang di Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa yang mengalami banjir dan longsor dengan jumlah korban 29 orang meninggal. 
   
Tim SAR gabungan juga masih melakukan evakuasi dan pencarian korban hilang. Sedangkan pembangunan jembatan darurat "balley" dilakukan oleh TNI dibantu instansi terkait dan warga. 
 
"Prioritas penanganan saat ini adalah membersihkan lumpur dan material yang menutup jalan, lingkungan dan rumah setebal hingga 50 centimeter dan kondisinya mulai mengeras sehingga sulit dibersihkan. Alat berat dikerahkan membersihkan material lumpur," jelas Sutopo.
   
Sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah dan membersihkan lumpur di rumahnya. Namun mereka mengeluhkan rusaknya surat-surat berharga karena tidak sempat dibawa waktu mengungsi.
   
Kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah permakanan, selimut, matras, pelayanan medis, MCK dan sanitasi, relawan untuk membersihkan lumpur, peralatan rumah tangga untuk membersihkan lumpur, trauma healing, dan lainnya.

Baca juga: Kemensos siapkan Rp555 juta santunan korban banjir di Sulsel
Baca juga: Kemensos turunkan tim dukungan psikososial ke Sulsel
Baca juga: Wapres tinjau jembatan putus di Gowa

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019