"Pembentukan desa tangguh bencana untuk mempersiapkan masyarakat bisa mandiri dalam menghadapi banjir tanpa terganggu ekonominya", kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro, Eko Susanto di Bojonegoro, Senin.
Menurut dia, desa yang sudah ditetapkan desa tangguh bencana, sebagian warganya sudah pernah memperoleh berbagai pelatihan dalam menghadapi bencana banjir luapan Bengawan Solo, mulai pendirian dapur umum, evakuasi, juga menyediakan berbagai kebutuhan lainnya.
Ia juga memberikan gambaran kalau terjadi banjir luapan Bengawan Solo, bisa dipastikan luapan air akan meredam tanaman padi petani di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.
Oleh karena itu, lanjut dia, tanaman padi desa yang sudah ditetapkan sebagai desa tangguh bencana seperti beberapa desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, untuk tanaman padi diikutkan Asuransi Usaha Tanam Padi (AUTP).
"Kalau terjadi banjir tidak harus masyarakat berhenti, tapi roda perekonomian tetap berjalan karena petani tetap memperoleh klaim asuransi tanaman padinya yang gagal panen," katanya.
Ia menyebutkan di daerahnya sudah ada 11 desa tangguh bencana di sejumlah kecamatan seperti di Kecamatan Kanor dan Baureno, selain Kalitidu, dan Malo, yang menjadi langganan banjir luapan Bengawan Solo.
Program desa tangguh bencana yang dilakukan bekerja sama dengan BNPB pertama kali di Desa Pilangsari, Kecamatan Kalitidu, pada 2013.
Selain itu, yang sudah masuk desa tangguh bencana, lainnya, seperti Desa Kalisari, Kecamatan Baureno, Desa Sarangan, Kecamatan Kanor dan Desa Tulungagung, Kecamatan Malo.
Pada 2017 BNPB juga memberikan pelatihan kepada warga Desa? Kedungprimpen, Gedungarum, Kecamatan Kanor, Desa Mbogo, Kecamatan Kapas dan Desa Mojo Kecamatan Kalitidu.
"Ada lima desa di Bojonegoro yang menjadi langganan banjir Bengawan Solo dipersiapkan masuk desa tangguh bencana pada 2019," ucapnya.
Saat ini, lanjut dia, ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur, juga hulu, Jawa Tengah, dalam keadaan aman di bawah siaga banjir.
"Petani di bantaran Bengawan Solo, seperti di sejumlah desa di Kecamatan Kanor dan Baureno, sekarang ini bisa panen tanaman padi karena banjir luapan Bengawan Solo belum datang," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian Bojonegoro Zaenal Fanani menambahkan.
Ia menambahkan di sejumlah desa di Kecamatan Baureno dan Kanor, yang menjadi langganan banjir luapan banjir Bengawan Solo, luasnya mencapai 1.345 hektare, sudah mulai panen sejak Januari sampai Februari.
Baca juga: Korban jiwa akibat banjir-longsor di Gowa bertambah menjadi 46
Baca juga: 4.987 warga terdampak banjir di Boalemo, Gorontalo
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019