Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah akan melemah dibayangi kekhawatiran kebuntuan perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.Isu Huawei dikhawatirkan membuat kesepakatan perdagangan antara AS-China yang akan dilangsungkan pada 30 Januari besok di Washington DC, AS, bisa mengalami kebuntuan
"Isu Huawei dikhawatirkan membuat kesepakatan perdagangan antara AS-China yang akan dilangsungkan pada 30 Januari besok di Washington DC, AS, bisa mengalami kebuntuan," ujar Lana di Jakarta, Selasa.
Pembahasan kesepakatan perdagangan AS-China sendiri kali ini untuk menentukan kelanjutan perang dagang antara AS-China yang dimulai sejak 1 Juli 2018 lalu dengan rencana pengenaan tambahan tarif impor menjadi 25 persen untuk nilai 200 miliar dolar AS barang-barang impor dari China.
Terkait isu Huawei, saat ini semakin melebar dengan tuduhan AS bahwa perusahaan itu melanggar perdagangan dengan Iran yang terkena sanksi dari AS, pencurian rahasia perdagangan, dan pencurian teknologi dari T-Mobile AS. Tuduhan-tuduhan tersebut menjadi pengajuan perkara pada Pengadilan Tinggi di Negara bagian Washington, AS.
Saat ini Chief of Financial Officer (CFO) Huawei sedang mengalami tuntutan hukum di pengadilan Vancouver, Kanada. AS meminta ekstradisi CFO tersebut ke AS.
"Kemungkinan nilai tukar rupiah akan melemah terbawa sentimen pelemahan dolar Hong Kong dan dolar Singapur terhadap dolar AS pagi ini, menuju kisaran antara Rp14.080 sampai dengan Rp.14.100 per dolar AS," kata Lana.
Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada pukul 10.28 Selasa pagi bergerak melemah 20 poin menjadi Rp14.092 dibanding posisi sebelumnya Rp14.072 per dolar AS.
Baca juga: Pelemahan dolar berlanjut, investor tunggu kebijakan moneter AS
Baca juga: Analis: Pergerakan IHSG terbatas, investor nantikan laporan laba 2018
Baca juga: Harga emas tembus 1.300 dolar AS, tertinggi dalam 7 bulan
Baca juga: Harga minyak merosot, produksi AS meningkat
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019