Berolahraga sejak muda bagus untuk otak

29 Januari 2019 20:33 WIB
Berolahraga sejak muda bagus untuk otak
Peserta berlari menuju bibir pantai sebelum berenang ketika mengikuti Rhino Cross Triathlon 2018 di Kawasan KEK Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Minggu (30/9/2018). Rhino Cross Triathlon yang diikuti lebih dari 200 peserta dari dalam negeri dan manca negara dengan mempertandingkan tiga kategori lomba tersebut untuk meningkatkan potensi wisata Tanjung Lesung. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc.
Jakarta (ANTARA News) - Berolahraga sejak usia muda, selain baik untuk jantung dan membangun daya tahan tubuh juga bagus untuk perkembangan otak.

Ahli medis Combhipar, Dr. Sandi Perutama Gani mengatakan, tidak hanya pada tahun-tahun pertama kehidupan, usia remaja menjadi periode penting dalam masa tumbuh kembang manusia. 

"Salah satu perkembangan paling signifikan terjadi pada prefrontal cortex di dalam otak yang berperan mematangkan kemampuan mengambil keputusan, mengembangkan kepribadian dan kemampuan bersosialisasi," ujar dia di Jakarta, Selasa. 

Lebih lanjut, perkembangan prefrontal cortex dipengaruhi hormon endorfin yang produksinya tak lepas dari tiga elemen, yakni gen Deleted in Colorectal Cancer (DCC), hormon dopamin dan hormon kortisol. 

Untuk meningkatkan hormon endorfin, beraktivitas fisik rutin menjadi salah satu kunci dan lari adalah contohnya. 

"Lari menjadi salah satu kegiatan fisik yang direkomendasikan bagi remaja. Mudah dan bisa dilakukan siapapun, di manapun dan kapanpun. Lari teratur mampu menekan rasa gelisah dan depresi. Dari sisi fisik, lari juga meningkatkan kesehatan muskuloskeletal," papar Sandi. 

Selain itu, lari juga bermanfaat positif untuk kebugaran kardiorespirasi, kesehatan jantung, mengurangi risiko kenaikan berat badan dan membangun ketahanan tubuh. 

Sebuah penelitian mengungkapkan, berlari 30 menit secara rutin selama lima hari dalam tiga pekan, bisa membantu remaja mendapatkan waktu tidur yang lebih berkualitas dan membuat lebih fokus dalam meningkatkan pencapaian akademis. 

"Lari pelan dan bertahap. 20-30 menit dulu, tetapi rutin. Kalau langsung lima kilometer kaki bisa kram karena tubuh belum terbiasa," kata Sandi. 
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019