"Ketika Bung Karno (Proklamator RI) merancang naskah awal pembukaan UUD 1945, di situlah semangat turut melaksanakan ketertiban dunia diperjuangkan," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Rabu.
Menurut Hasto, ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, adalah implementasi dari Pancasila. "Inilah semangat membangun persaudaraan dunia di mana Pancasila hadir sebagai solusi atas jalan tatanan dunia baru tersebut," katanya.
Dasar dari seluruh filsafat, menurut dia, menjadikan kemerdekaan Indonesia untuk mewujudkan persaudaraan dunia, tidak terlepas dari keteledanan dan kepeloporan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah. "Kedua organisasi ini menjadi pelopor dalam membangun sintesa yang sempurna antara Islam dan Pancasila; Pancasila dan Islam," katanya.
Hasto menjelaskan, Muhammadiyah, dengan semangat Islam berkemajuan untuk kemaslahatan umat, berdakwah melalui bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan gerak ekonomi kerakyatan, menjadi contoh kemajuan peradaban Indonesia.
Demikian juga NU, dengan semangat hubbul wathan minal iman, dan tradisi Islam yang menyatu dengan tradisi kebudayaan masyarakat Indonesia, pendidikan pesantren yang unik dan khas nusantara, serta mekanisme untuk melakukan musyawarah terhadap berbagai persoalan mendasar bangsa, menjadikan Pancasila sebagai dasar, jiwa, dan kepribadian bangsa sangat diakui.
"PDI Perjuangan percaya, dengan tradisi ke-Islaman yang membangun karakter dan jati diri bangsa gotong royong, maka pemberian Nobel Perdamaian tersebut sangat relevan, mengingat peran NU dan Muhammadiyah dalam mewujudkan Islam yang toleran ("tasamuh"), damai ("salam"), dan menjadi inspirasi bagi dunia.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019