Sepeda motor bermodel skuter yang diperkenalkan dalam acara Masyarakat Konservasi & Efisiensi Energi Indonesia di BSD City, Tangerang, Rabu, diklaim akan lebih tahan lama karena mampu menghindari "overheat" yang menjadi tantangan terbesar produsen kendaraan listrik di negara tropis seperti Indonesia.
"Motor ini menggunakan dua baterai yang akan bekerja secara bergantian. Jika yang satu panas, maka baterai lainnya akan mengambil alih," kata Kepala Engineering Lincah Group, Kristian Sutikno, dalam acara itu.
Kristian menjelaskan baterai-baterai yang diproduksi di luar negeri, umumnya diperuntukkan untuk kendaraan dengan situasi lalu lintas empat cuaca yang tidak terlalu panas.
Sedangkan di Indonesia dengan dua cuaca kemarau dan hujan, kata dia, baterai jenis itu belum teruji daya tahannya.
"Kami menggunakan dua baterai. Saat satu baterai digunakan maka satu yang lainnya akan diistirahatkan atau didinginkan," katanya.
Ia mengklaim baterai yang akan digunakan adalah tipe lithium fospat (LiFePO4) 72 volt 28 AH (2016 WH), generasi anyar baterai lithium yang lebih hemat dan bertenaga dibandingkan model lithium biasa.
Kristian menjelaskan, motor listrik Lincah telah menggunakan 60 persen tingkat komponen dalam negeri (TKDN) meliputi desain, motor listrik, baterai, dan kontroler. Model ini sudah dirakit di Pusat Industri Kecil (PIK) Cakung, Jakarta Timur.
Adapun beberapa parts yang masih impor adalah shock absorber, panel display, dan beberapa komponen lainnya.
Sepeda motor listrik ini diharapkan bisa diproduksi sebanyak 10ribu unit dalam setahun, kendati hal itu tergantung minat pasar terhadap kendaraan ramah lingkungan ini.
Lincah yang telah dikembangkan sejak dua tahun lalu itu akan menjadi penantang sepeda motor listrik Gesits.
Baca juga: IIMS 2019 janjikan mobil listrik dan karya otomotif anak bangsa
Baca juga: DPR RI dorong China bantu kendaraan listrik nasional
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019