• Beranda
  • Berita
  • ITB-Bukalapak resmikan laboratorium riset berbasis AI dan "cloud computing"

ITB-Bukalapak resmikan laboratorium riset berbasis AI dan "cloud computing"

1 Februari 2019 13:02 WIB
ITB-Bukalapak resmikan laboratorium riset berbasis AI dan "cloud computing"
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir (ketiga dari kiri) bersama Founder & CEO Bukalapak Achmad Zaky (kedua dari kiri) dan Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, DEA (kedua dari kanan) meresmikan Artificial Intelligence (AI) dan Cloud Computing Research Lab di kampus ITB, Jumat (1/2/2019). (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)
Bandung (ANTARA News) - Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan Bukalapak meresmikan Artificial Intelligence (AI) dan Cloud Computing Research Lab di kampus ITB, Jumat.

Laboratorium ini nantinya menjadi wadah riset mahasiswa khususnya jurusan informatika. Para pengajar dan tenaga ahli Bukalapak juga akan bekerja sama untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang bisa memberikan dampak positif untuk pembangunan bangsa. 

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan inovasi perlu berkembang secepat perkembangan teknologi dan pendidikan. 

"Bagaimana sistem yang kita bangun ke depan, mahasiswa bisa menjadi talenta secara digital, memunculkan start-up baru di Indonesia. Saya berharap reseacrh center bisa menjadi prodi," kata dia setelah peresmian AI dan Cloud Computing Research Lab.

Dia tak memungkiri bahwa AI menduduki posisi pertama dalam tren teknologi yakni 28 persen. Dia berharap melalui sistem yang terbangun di masa depan, mahasiswa bisa menjadi talenta di bidang digital. 

Dalam kesempatan itu, Founder & CEO Bukalapak, Achmad Zaky menuturkan perusahaannya berkomitmen mendirikan pusat riset agar lebih banyak anak-anak muda yang membuat produk berbasis teknologi dan Indonesia memiliki lebih banyak unicorn. 

"Bukapalak memiliki komitmen mendirikan research center. Kami berharap semakin banyak talenta membuat produk berbasis teknologi, berinovasi. Kami (dengan pengajar di ITB), banyak berbincang, bagaimana membuat industri start-up menjadi next level. Bagaimana Indonesia punya ratusan unicorn," tutur dia. 

Zaky berharap riset mengenai AI semakin banyak seiring AI yang menjadi mainstream di masa depan. Bahkan jika bisa,  Bukalapak bersedia memberikan pelatihan memgenai ilmu berbasis pengalaman. 

"Untuk kurikulum, jika diperbolehkan kami siap memberikan training, mengajar ilmu yang sifatnya experience, perlu kami share ke kampus. Kami berharap lebih banyak unicorn di ITB, lebih banyak temuan baru dari ITB, kami siap support," kata Zaky. 

Secara khusus, menurut Zaky, AI menjadi teknologi yang berkaitan erat dengan revolusi industri 4.0. Baik Bukalapak maupun ITB menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap kemajuan industri 4.0, karena AI memiliki peran yang cukup signifikan untuk perkembangan industri dan kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang. 

Lebih lanjut, teknologi AI telah berkontribusi dalam bisnis e-commerce. Di Bukalapak sendiri, AI telah dikembangkan untuk membantu operasional perusahaan misalnya membantu mengenali karakteristik pengguna Bukalapak yang sering berkunjung ke laman maupun aplikasi Bukalapak. 

Selain itu, AI juga membantu pengguna Bukalapak memberikan rekomendasi terkait produk yang dibutuhkan, sehingga mereka bisa mencari produk dalam waktu yang lebih singkat. 

Di sisi lain, Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, DEA mengatakan peresmian laboratorium ini merupakan salah satu bentuk komitmen mendekatkan industri dan perguruan tinggi. Dia berharap ini bisa menjadi tonggak kemajuan bangsa dan negara. 

"Ada lima tren terbaru di dunia, salah satunya integrasi dunia lapangan kerja dan industri. (Peresmian) hari ini salah satu bentuk komitmen mendekatkan industri dan perguruan tinggi. Semoga bisa menjadi tonggak bersama demi kemajuan bangsa dan negara," kata dia dalam sambutannya. 

ITB saat ini memiliki beberapa pusat studi antara lain Pusat Studi Sistem Tak Berawak, Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi dan Pusat Mikroelektronika. 
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019