• Beranda
  • Berita
  • Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD

Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD

1 Februari 2019 14:29 WIB
Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD
Arsip Foto. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (tengah). (ANTARA /Yudhi Mahatma)

...mari kita selamatkan anak-anak dan tetangga kita. Mari jangan ada korban di Surabaya...

Surabaya, Jawa Timur (ANTARA News) - Pemerintah Kota Surabaya menggencarkan pemantauan jentik dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD), infeksi akibat virus dengue yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

"Khususnya bumantik agar gencar memantau jentik di rumah-rumah warga," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memimpin apel gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 2019 di Lapangan Thor, Surabaya, Jumat, yang dihadiri ribuan Ibu Pemantau Jentik (Bumantik), Guru Pemantau Jentik (Rumantik), dan Siswa Pemantau Jentik (Wamantik).

Ia mengatakan pemerintah kota tetap menggencarkan upaya pemberantasan sarang nyamuk meski jumlah penderita demam berdarah di Kota Surabaya sudah turun dan menjadi yang paling rendah di Jawa Timur.

Di Surabaya, ia menjelaskan, ada dua kecamatan yang angka penderita demam berdarahnya tertinggi, yaitu Kecamatan Tandes dan Kecamatan Wonokromo.

Saat apel PSN, Camat Tandes Dodot Wahluyo dan Camat Wonokromo Tomi Ardiyanto dipanggil ke hadapan Risma yang sedang menyampaikan sambutan di panggung kehormatan. Kedua camat itu berdiri di hadapan Wali Kota hingga apel selesai.

"Dua kecamatan ini yang tertinggi jumlah kasusnya. Jadi, ayo terus bergerak. Buktikan kalau kita bisa memberantas demam berdarah. Ayo kita beri rambu-rambu ke nyamuk-nyamuk itu, dilarang masuk Surabaya," kata Risma.

Ia menekankan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan demam berdarah, mengatakan bahwa upaya itu merupakan bagian dari kebaikan yang akan membawa manfaat bagi kehidupan di dunia dan akhirat.

"Bayangkan kalau itu kepala keluarga dan sampai kejadian meninggal dunia. Maka anak-anaknya akan jadi anak yatim piatu dan kemungkinan kalau ibunya tidak bisa membiayai sekolah, akan putus sekolah. Kalau sudah putus sekolah, lalu akan jadi anak nakal, sehingga kita juga ikut salah," katanya.

"Makanya, mari kita selamatkan anak-anak dan tetangga kita. Mari jangan ada korban di Surabaya," ia menambahkan.

Baca juga:
DBD merebak, korban meninggal capai 145 orang
Jawa Barat waspada DBD

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019