Bahkan, Jembrana yang memiliki objek wisata hampir di setiap wilayahnya, kini menjalin sinergi wisata dengan Kabupaten Banyuwangi.
Sebagai bagian dari Bali, selama ini Kabupaten Jembrana terkesan "tersisih" dalam peta pesona pariwisata Pulau Dewata yang sudah tersohor di Nusantara hingga mancanegara. Padahal, Jembrana memiliki objek wisata hampir di setiap wilayahnya.
Dengan letak geografis di ujung barat Pulau Bali, banyak alasan bagi wisatawan untuk enggan berkunjung ke daerah ini, karena lokasinya yang jauh dari pusat transportasi pariwisata yang didominasi lewat udara, dalam hal ini Bandara Ngurah Rai.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah kabupaten setempat tidak mau menyerah dengan lokasi geografinya yang jauh dari pusat keramaian. Justru hal tersebut dimanfaatkan untuk menawarkan objek wisata alam yang langka ada di perkotaan.
Dalam berbagai kesempatan, Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan tidak pernah lepas membahas, memaparkan dan menyampaikan keindahan, keunikan serta pembangunan yang sudah, sedang dan akan mereka lakukan, berkaitan dengan objek wisata.
Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan mengatakan punya konsep besar pengembangan objek wisata di Kabupaten Jembrana mulai dari pintu gerbang di Gilimanuk hingga ujung timur di Desa Pengeragoan.
Menurut dia, Kelurahan Gilimanuk khususnya kawasan pelabuhan dan sekitarnya akan ditata dengan nuansa Bali, sehingga orang yang masuk ke Pulau Dewata akan langsung merasakan atmosfer Bali.
Di wilayah ini, juga terdapat banyak objek wisata alam seperti Teluk Gilimanuk, hutan mangrove hingga Pantai Karangsewu, dengan laut yang tenang serta pemandangan bawah laut yang indah.
Karena saling berdekatan, Pemkab Jembrana berencana menyambungkan tiga objek itu ditambah museum manusia purba, lewat pembangunan jalan dan jembatan yang ditata sedemikian rupa sesuai konsep pariwisata alam.
Setiap hari ada sekitar 3.400 orang yang melintas di Pelabuhan Gilimanuk dan itu merupakan potensi wisatawan domestik yang cukup besar. Karena itu, Pemkab Jembrana menyediakan objek dan fasilitas wisata agar mereka berhenti di Jembrana.
Khusus untuk orang yang datang ke Bali lewat Pelabuhan Ketapang, ada sekitar 2.800 orang.
Penataan kawasan Gilimanuk dengan nuansa Bali, tidak lepas dari ketidaktahuan orang yang sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk, namun merasa belum berada di Bali.
"Banyak cerita orang kalau di Gilimanuk belum sampai di Bali. Bahkan orang Gilimanuk tanya pada orang yang datang mau ke mana, dijawab mau ke Bali. Padahal sudah di Bali. Mungkin nuansanya belum terasa di Bali," kata Wakil Bupati Jembrana.
Untuk mengikis kesan tersebut, tepat di pintu keluar pelabuhan dibangun Taman Dewa Siwa yang tidak hanya menampilkan arsitektur Bali, tapi juga tempat yang nyaman untuk beristirahat menikmati pemandangan Teluk Gilimanuk.
Nuansa Bali itu akan diperkuat hingga ke wilayah pemukiman penduduk di pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk seperti pagar dan pintu gerbang rumah berarsitektur Bali.
Pemkab Jembrana menargetkan di sepanjang tiga kilometer dari pelabuhan, rumah-rumah warga akan dibuat seragam dengan arsitektur Bali. Dengan demikian, atmosfer Bali akan benar-benar terasa di Gilimanuk.
Untuk mempermudah wisatawan, juga akan dibuat sistem informasi objek wisata di Gilimanuk, sehingga pengunjung tinggal berhubungan dengan teknologi informasi tanpa harus bertanya lagi.
Wisata kuliner
Karena wisata juga identik dengan kuliner, Pemkab Jembrana menjadikan bekas Terminal Gilimanuk sebagai pusat kuliner yang mampu menampung 100 bus.
Untuk pembangunan pusat kuliner ini, Kembang Hartawan mengatakan, dananya berasal dari PHR Kabupaten Badung sebesar Rp6 miliar, yang dalam penggunaannya memang untuk pengembangan pariwisata.
Pemkab Badung juga ingin uang yang diberikan bisa bermanfaat bagi pengembangan pariwisata, serta nyata wujud dan hasilnya. Di Jembrana, dana tersebut diperuntukkan bagi pengembangan pariwisata juga.
Penataan besar-besaran di Gilimanuk juga akan meliputi pembangunan sentral parkir seluas 4 hektare.
Dari sentral parkir arah timur, ke depan akan bisa dikunjungi anjungan cerdas konservasi kawasan hutan Taman Nasional Bali Barat.
Lebih ke arah timur lagi, tepatnya di Desa Baluk, Kecamatan Negara, sedang dikerjakan terminal yang dipadukan dengan rest area.
Kota Negara sebagai ibukota Kabupaten Jembrana juga tidak luput dari sentuhan penataan dan pembangunan objek wisata seperti Kebun Raya Jagatnatha yang saat ini sudah mulai selesai dibangun.
Berlokasi tepat di sebelah timur Kantor Bupati Jembrana, dalam konsep maupun tata cara pengelolaannya, kebun raya ini bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Lebih mengarah ke timur lagi ada anjungan cerdas jalan nasional yang berdekatan dengan Pura Rambut Siwi, Kecamatan Mendoyo. Objek-objek wisata di Jembrana yang berada di pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk, tersebar di setiap kecamatan hingga ujung timur di Kecamatan Pekutatan," kata Kembang Hartawan.
Ia mengungkapkan, bagi wisatawan yang ingin merasakan paket tour, Kecamatan Pekutatan menyediakan jalur dari objek wisata Pantai Yeh Leh di Desa Pengeragoan, lalu ke Desa Gumbrih melihat atraksi reptil ular, melihat pengolahan kakao unggul, dan lanjut makan siang di daerah Tamblang dengan pemandangan alam yang memesona.
Setelah makan siang usai, tour wisata dilanjutkan ke air terjun Juwuk Manis, Desa Manggissari serta objek wisata Bunut Bolong di Desa Asahduren. Masih di Desa Asahduren, wisatawan akan disuguhi kopi luwak serta kopi jenis lainnya, serta melihat langsung cara meramunya.
Tour wisata di Kecamatan Pekutatan itu bisa dilakukan dalam waktu satu hari, dengan objek terakhir Pantai Medewi. Ke depan tour wisata sehari ini bisa juga dilakukan di kecamatan lainnya.
Kerja sama tour wisata juga dilakukan dengan Pemkab Banyuwangi, dengan mengarahkan wisatawan yang menginap di Banyuwangi untuk melakukan tour wisata sehari di Kabupaten Jembrana.
Selain target kunjungan wisatawan, Pemkab Jembrana juga mengundang investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata dengan kemudahan dan kepastian dalam mengurus izin.
Kembang memaparkan, proses perizinan di daerahnya mudah, situasi yang kondusif serta objek wisata yang sangat potensial dengan infrastruktur yang memadai, sangat sayang jika tidak dimanfaatkan investor untuk menanamkan modalnya.
Kehadiran investor
Adagium yang menyatakan bahwa siapa yang menjadi perintis, siapa yang awal membuka, maka dialah kelak yang akan memiliki hasil panen yang besar, agaknya juga berlaku di sektor pariwisata.
Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, dengan kehadiran investor, objek wisata akan berkembang pesat mengikuti paradigma dasar dunia usaha yang sangat mengedepankan untung rugi dalam berinvestasi.
Dengan berinvestasi, tanggung jawab melekat pada pengusaha bersangkutan untuk berpromosi agar objek wisata tempatnya berinvestasi ramai dikunjungi wisatawan.
Pemkab Jembrana juga memberikan pelayanan yang mudah bagi pengusaha yang ingin berinvestasi di wilayah itu, khususnya sektor pariwisata.
Untuk itu, Pemkab Jembrana juga sudah membuat payung hukum berupa peraturan daerah, untuk mempermudah pelayanan bagi investor menanamkan modalnya, yakni Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Pemberian Insentif, Kemudahan Kepada Masyarakat Atau Penanam Modal.
Dengan kemudahan tersebut, Bupati I Putu Artha mengimbau investor tidak ragu-ragu menanamkan modalnya di Kabupaten Jembrana, karena tumbuhnya investasi dari kalangan swasta juga membantu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jembrana.
Namun, investor yang masuk harus memenuhi persyaratan serta mengikuti aturan di Bumi Makepung.
Bagi pengusaha yang masuk ke Kabupaten Jembrana untuk berinvestasi di sektor pariwisata, mereka tidak akan disuguhi dengan objek wisata yang masih mentah, melainkan objek jadi, sehingga tidak harus membangun sendiri segala infrastrukturnya.
Pemkab Jembrana sudah banyak membangun infrastruktur hingga fasilitas penunjang di objek-objek wisata, yang akan menguntungkan investor, karena hanya membangun fasilitas usaha mereka.
Jalan-jalan menuju objek wisata oleh Pemkab Jembrana diperbaiki bahkan dengan aspal hotmix yang mulus, termasuk penataan terhadap objek bersangkutan yang berkaitan dengan fasilitas umum.
Dari pendataan yang dilakukan Pemkab Jembrana, saat ini ada 31 objek wisata daerah ini yang sesuai dengan geografisnya, rata-rata adalah wisata alam dan spiritual berikut laku budaya masyarakatnya.
Objek wisata itu tersebar mulai dari Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya di ujung barat Jembrana hingga ke ujung timur di Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan. Banyak pilihan jenis objek wisata alam, mulai dari pegunungan seperti air terjun hingga pemandangan pantai.
"Kami sudah menetapkan objek-objek wisata dalam SK Bupati. Penataan dan pembangunan infrastruktur terus kami lakukan, agar destinasi pariwisata tersebut bisa menarik kunjungan wisatawan," kata Artha.
Baginya, dalam pembangunan pariwisata pihaknya memperhatikan tiga hal utama yaitu pemasaran, pengembangan objek dan peningkatan sumber daya manusia pelaku pariwisata.
Sebagai wujud keseriusan Pemkab Jembrana dalam mengembangkan pariwisata, pembangunan di sektor ini melibatkan banyak Organisasi Perangkat Daerah.
Di sisi lain, Kabupaten Jembrana dikenal sebagai daerah yang aman, dengan kehidupan antarsuku dan agama yang berjalan harmonis dan saling menghormati. Tentu saja situasi yang kondusif ini harus terus dipertahankan.
Modal dasar pengembangan sektor pariwisata sudah dimiliki masyarakat sejak ratusan tahun lalu, sehingga investor dan wisatawan diharapkan tidak khawatir untuk datang ke Kabupaten Jembrana.*
Pewarta: Nafual Fikri Yusuf dan Gembong Ismadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019