Malang (ANTARA News) - Wali Kota Malang Sutiaji mengemukakan saat ini kota yang dipimpinnya itu sudah masuk pada tahap darurat terhadap sampah, sehingga membutuhkan penanganan khusus.Sekarang ini dalam satu hari sampah yang sudah dipilah dan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supiturang mencapai 600 ton, baik sampah domestik maupun industri,
"Sekarang ini dalam satu hari sampah yang sudah dipilah dan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supiturang mencapai 600 ton, baik sampah domestik maupun industri. Sehingga, harus ada penanganan khusus dengan cara khusus pula," kata Sutiaji di sela Rakor paparan pelaksanaan proyek pembangunan TPA Supiturang di Malang, Jawa Timur, Senin.
Oleh karena itu, katanya, Kota Malang saat ini membutuhkan lahan baru guna mengatasi permasalahan sampah. Namun, hingga saat ini proses untuk pencarian lahan sangat susah, karena semua orang menolak daerahnya untuk dijadikan TPA.
Karena susahnya mencari lahan baru, Pemkot Malang harus melakukan terobosan melalui teknologi. Untuk itu, ada perluasan lahan hingga mencakup wilayah kabupaten Malang. Lahan seluas 15 hektare itu akan dimanfaatkan untuk penampungan sampah baru.
Sementara itu, proyek pembangunan TPA Supiturang dilaksanakan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Pembangunan yang dilakukan adalah sanitary landfill dengan bantuan dari Jerman dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Proyek pembangunan TPA Supiturang yang saat ini dilaksanakan oleh PT PP diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan terkait pengelolaan sampah di Kota Malang. Dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang dihadapi, namun kami optimistis dengan dilandasi niat yang baik, akan berjalan dengan lancar," tutur Sutiaji.
Menurut Sutiaji, sanitary landfill ini merupakan program pengelolaan sampah yang mendapatkan bantuan langsung dari Jerman, namun bantuan dari Jerman itu bukan kerja sama, melainkan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR. Selanjutnya, PUPR menghibahkan program ini ke beberapa kota dan kabupaten di Tanah Air.
Proyek pengerjaan sanitary landfill itu ada di enam titik lokasi dengan luas sekitar 15 hektare. Sanitary landfill merupakan metode standar yang dipakai secara internasional, dimana prosesnya dengan membuang sampah ke dalam kubangan, kemudian dipadatkan sebelum ditutup dengan lapisan tanah. Setelah itu, bagian bawah dilapisi dengan gio membran yang kedap air agar air sampahnya tidak menyerap ke dalam tanah.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Agoes Edy Poetranto mengatakan penerapan sanitary landfill dibuat agar bibit penyakit yang ada di dalam sampah tidak sampai ke wilayah permukiman. Pengerjaan sanitary landfill ini sudah dilakukan sejak April 2018 dan saat ini proses pengerjaanya sudah berjalan sekitar 20 persen.
"Pengerjaan fisik ini nilainya mencapai Rp200 miliar," ucapnya.
Usai Rakor, Sutiaji yang didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Malang meninjau royek pembangunan sanitary landfill di kawasan TPA Supiturang yang berlokasi di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, kota setempat.
Dengan menggunakan mobil kabin ganda, orang nomor satu di Pemkot Malang itu naik di atas kabin dengan diikuti beberapa petugas DLH dan pekerja proyek.
Dalam kunjungannya ke TPA Supiturang itu, Sutiaji juga meninjau pengelolaaan limbah di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Di sana Sutiaji melihat lokasi IPLT yang terdiri dari puluhan kolam.
Baca juga: Warga Denpasar ikuti pelatihan daur ulang plastik
Baca juga: Warga Magelang-Jateng diajak kurangi sampah plastik
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019