• Beranda
  • Berita
  • Tiga tantangan industri barang-barang konsumen 2019

Tiga tantangan industri barang-barang konsumen 2019

5 Februari 2019 13:06 WIB
Tiga tantangan industri barang-barang konsumen 2019
Pelayanan pengepakan dan pengiriman barang SIRCLO. (ANTARA News/HO)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai pasar perdagangan elektronik (e-commerce) Indonesia tahun 2022 memang diprediksi mencapai 65 miliar dolar AS (Rp948 triliun), namun ada tiga tantangan yang harus dijawab oleh pelaku industri ini di dalam negeri.

Tiga tantangan utama yang harus dihadapi pelaku industri e-commerce, khususnya sektor barang konsumen yang bergerak cepat (fast-moving consumer goods/FMCG), di Indonesia ke depan, yakni soal sumber daya manusia dan finansial, menjamurnya marketplace, serta data konsumen.

Bisnis FMCG banyak yang kesulitan membangun keterampilan baru karena keterbatasan sumber daya manusia dan finansial, kata Brian Marshal, CEO penyedia layanan solusi e-commerce, SIRCLO, dalam pernyataannya yang diterima ANTARA, Selasa.

Misalnya, ketika usaha ritel hendak beralih ke kanal penjualan digital, maka dibutuhkan karyawan yang memahami infrastruktur informatika dan teknologi. Padahal, tidak semua pelaku usaha memiliki modal dan pembiayaan untuk merekrut karyawan secara permanen.

Tantangan kedua, menurut Brian, hadirnya banyak kanal penjualan online, mulai dari website sendiri hingga platform marketplace, akan membuat banyak brand kewalahan menjalankan tugas-tugas administratif.

Penjual harus selalu siap sedia untuk membalas pesan satu per satu, menjawab komplain, atau mengecek stok secara manual. Pekerjaan repetitif ini menjadi beban yang mengonsumsi banyak waktu karyawan.

Sementara tantangan ketiga, lanjut Brian, pelaku usaha harus bisa memanfaatkan kompilasi data tentang konsumen, karena tanpa itu, mereka tidak bisa memaksimalkan strategi penjualannya di berbagai platform digital.

Dengan mengakses data seperti itu, pelaku bisnis FMCG bisa membuat kampanye atau promosi yang sesuai. Data dan fakta tersebut menjadi kunci penting dalam memahami preferensi konsumen dan menawarkan barang atau produk yang sesuai kebutuhan mereka.

Tantangan-tantangan itu lah yang mendorong Brian Marshal mencetuskan ide untuk mendirikan SIRCLO Commerce.

"Kami ingin membantu para pelaku usaha FMCG untuk memanfaatkan sistem yang efisien dan lebih terjangkau. Dengan begitu, mereka dapat menekan biaya operasional dan mendorong pertumbuhan transaksi," jelasnya.

Dengan begitu, pelaku usaha dan karyawan inti perusahaan dapat berfokus untuk melakukan keahlian mereka, yaitu inovasi produk. Sistem otomatis dari SIRCLO sangat menghemat waktu dan tenaga, agar kegiatan operasional dapat berjalan dengan lebih lancar dan efisien.

Baca juga: Aprindo minta pemerintah segera sahkan UU "e-commerce"
Baca juga: Tokopedia tidak ingin sekadar jadi e-commerce
Baca juga: SIRCLO fasilitasi transaksi Rp500 miliar selama 2018

 

Pewarta: Suryanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019