Misa syukur Imlek 2019 itu, tidak hanya diikuti warga Tionghoa yang ada di Kupang, tetapi juga diikuti masyarakat umum, terutama anak-anak dari berbagai kepercayaan.
Misa syukur itu dipimpin empat romo yakni Romo Amros Ladjar, Romo Geradus Duka, Romo Maxi Un dan Romo Hironimus Nitsae.
Setelah misa syukur, para romo yang memimpin misa itu kemudian membagikan angpau kepada anak-anak yang hadir bersama mengikuti misa dan dilanjutkan dengan makan bersama atau ramah tamah Imlek di halaman gereja.
Pada acara misa syukur itu, semua umat mengenakan pakaian berwarna merah, identik dengan perayaan Tahun Baru.
Boby Pitobi, salah seorang warga Tionghoa mengatakan tidak ada kegiatan besar-besaran seperti yang dilakukan di daerah lain, tetapi hal yang paling penting adalah berkumpul bersama keluarga.
Menurut dia, Imlek adalah momentum untuk berkumpul bersama keluarga, sehingga yang terpenting adalah keluarga bisa berkumpul dan merayakannya secara bersama-sama.
"Memang di China, Imlek dirayakan selama dua pekan, tetapi kita di NTT cukup satu hari saja, berkumpul bersama keluarga," kata Boby Pitobi.
Baca juga: Di Papua, warga keturunan Tionghoa ibadah Imlek di Wihara Arya Dharma
Baca juga: Umat Konghucu berharap terpilih pemimpin yang adil
Baca juga: Kemenag harap umat Konghucu jaga kebersamaan Imlek
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019