Ulama senior itu mengatakan demikian di hadapan ratusan warga Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada kunjungannya ke Pondok Pesantren Al Hidayat Krasak, Demak, Jawa Tengah, Selasa.
"Ada yang menyebut saya alat, saya 'pacul', untuk digunakan Pak Jokowi. Saya pastikan hal itu tidak benar. Saya ini Rais Aam PB NU," kata dia, dalam katanya.
Ia pastikan, dengan Jokowi, mereka saling bahu-membahu untuk membangun negara ke arah yang lebih baik. "Jika komitmen itu patokannya, saya bersedia disebut sebagai alat," katanya.
Ma'ruf menegaskan, dia adalah alat kebaikan, yakni untuk membangun kemanfaatan dan kemaslahatan. "Menghilangkan ancaman ideologi dan bahaya yang mengancam negara. Kalau itu komitmennya, saya siap jadi alat, sampai kapan pun," katanya.
Mustasyar PBNU ini melihat, orang yang menghembuskan isu dia sebagai alat bagi Jokowi adalah upaya untuk mengadu-domba. "Isu itu dikemas agar Ma'ruf dengan Jokowi saling curiga," katanya.
Ia menegaskan, hubungan dia dengan Jokowi sudah akrab, bahkan saling mengerti. "Pasangan Jokowi dan saya, itu seperti pemain ganda bulutangkis, saling mengisi. Kalau yang satu ke depan yang lain ke belakang, kalau satu ke kiri yang kanan, bukannya saling berantakan," katanya.
Ma'ruf juga melihat Jokowi orang yang sangat menghargai ulama. Penghargaan itu, kata dia, diberikan langsung dengan menggandeng dirinya yang merupakan ulama dan kader NU, menjadi cawapres dan maju bersama pada Pilpres 2019.
"Padahal Jokowi bisa saja mengambil pasangan dari TNI, Polri, politikus, atau pengusaha, tapi beliau menggandeng ulama," kata ketua umum Majelis Ulama Indonesia non-aktif ini.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019