"Sehingga umat dapat melihat persoalan dengan jernih, senantiasa berada di tengah, tidak partisan, dan mampu menjadi bagian dari solusi," kata Darraz di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, dia menjelaskan, Muhammadiyah harus mampu merumuskan kembali visi Islam Berkemajuan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk.
Islam Berkemajuan sekaligus rahmatan lil 'alamin, dia mengatakan, harus menjadi visi-misi bersama untuk menjadikan Islam sebagai agama teladan yang berkontribusi dalam pembangunan peradaban Indonesia masa depan yang berkemajuan, yaitu Indonesia yang berketuhanan, berperikemanusiaan, berkeadaban, bersatu, berdaulat, berdemokrasi dan berkeadilan sosial.
Sementara Buya Ahmad Syafii Maarif mengatakan Muhammadiyah, yang telah berusia lebih dari satu abad, mestinya tidak lagi hanya berperan sebagai pembantu negara, tapi bisa berperan lebih luas sebagai penentu dan pemandu jalan sejarah bangsa.
"Ini saya kira harus menjadi peran strategis Muhammadiyah ke depan dengan visinya Islam Berkemajuan," kata dia.
Dia berharap pertemuan cendekiawan dan ulama Muhammadiyah dapat menghadirkan perspektif baru menjelang Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, yang mengangkat tema "Beragama yang Mencerahkan".
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019