Caranya, dengan menelan alat kecil yang secara otomatis menyuntikkan insulin langsung ke dinding perut, dilansir Time, Kamis (7/2).
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan di "Science", Robert Langer dan Giovanni Traverso menggambarkan apa yang mereka sebut aplikator skala milimeter yang berorientasi sendiri (SOMA), yang dikembangkan untuk membuat obat suntikan lebih mudah.
Sejauh ini, SOMA baru diujicobakan pada hewan.
Ukurannya kira-kira sebesar kapsul dan terbuat dari stainless steel serta bahan mudah terurai lainnya.
SOMA dilengkapi dengan jarum pegas yang mengandung insulin. Kapsul SOMA memiliki berat sehingga bisa menyesuaikan diri serta ada celah untuk jarum selalu dapat menemukan sasaran (dalam hal ini, dinding perut).
Ketika tim menguji perangkat pada babi, perangkat selalu menyesuaikan dirinya sendiri sehingga ketika pegas berjarum dipicu oleh air di perut, jarum menembus perut babi, menghasilkan muatan insulin.
Pada tiga babi yang menelan SOMA, alat itu menyebabkan tingkat insulin dalam darah yang sama dengan suntikan melalui kulit.
Langer dan Traverso mengatakan lebih banyak penelitian perlu dilakukan pada lebih banyak hewan, tetapi mereka percaya teknologi itu memiliki potensi dalam membantu memberikan lebih banyak obat kepada lebih banyak orang di masa mendatang.
Orang-orang masih merasa tidak nyaman dengan gagasan menyuntik diri mereka sendiri dengan jarum, kata mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa ketidaknyamanan dan ketakutan menyebabkan penundaan tujuh hingga delapan tahun dalam memulai pengobatan insulin bagi penderita diabetes.
“Kami melihat potensi luar biasa untuk mengobati banyak penyakit,” kata Traverso.
Desain SOMA terinspirasi dari kemampuan kura-kura macan tutul, yang punya cangkang unik yang memungkinkannya untuk menyesuaikan diri setelah jatuh telentang.
Desain itu memungkinkan SOMA untuk menyuntikkan dengan benar bahkan jika hewan percobaan bergerak setelah menelannya.
Meski demikian, perut harus kosong agar perangkat bisa menyuntik; kalau perut ada makanan akan membuat jarum SOMA lebih sulit untuk menempel pada dinding perut.
Sejauh ini, Langer dan Traverso belum melihat efek buruk dari perangkat di lebih dari selusin babi yang menelannya.
Mereka berencana menguji perangkat di lebih banyak hewan, termasuk primata dan anjing, untuk mengkonfirmasi efektivitasnya, dan telah berkolaborasi dengan perusahaan farmasi Novo Nordisk untuk menyempurnakan teknologi.
Jika hasil awal mereka didukung, perangkat berpotensi dapat digunakan untuk memberikan berbagai senyawa yang saat ini harus disuntikkan atau diinfuskan, termasuk agen kemoterapi dan bahkan DNA dan RNA untuk tujuan terapi gen.
"Kami tidak melihat alasan mengapa suatu hari nanti ini tidak dapat digunakan untuk mengirimkan protein apa pun ke tubuh," kata Langer.
Baca juga: Mengontrol gula darah juga penting sebelum diabetes menyerang
Baca juga: Diabetes bukan penyebab kematian
Baca juga: Manfaat bok choy, obati anemia hingga diabetes
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019