"Jadi saya ingin anak-anak muda kita jangan sampai gampang mengeluh kalau menghadapi sebuah persoalan, jangan sampai kita gampang mengeluh kalau kita menghadapi hambatan, karena di situlah kita bisa belajar banyak dari sebuah masalah, kita bisa belajar banyak dari 'problem' kehidupan," kata Presiden Joko Widodo di acara Festival Terampil di Jakarta pada Sabtu.
Festival Terampil adalah kegiatan kolaborasi antara Kementerian BUMN melalui "Spirit of Millenials BUMN" dengan Inisiator Indonesia untuk membuat pelatihan bagi anak muda. Tahun ini ada lima kelas keterampilan populer yang diajarkan oleh para pakar yaitu "fashion", fotografi, bisnis digital, "make up" dan membuat kopi.
"Setelah sekolah dan lulus, saya masuk di BUMN di Aceh namanya Kertas Kraft Aceh, saya hanya kuat 2,5 tahun saat itu. Setelah itu pulang, balik ke kota kecil namanya Solo kemudian saya memulai usaha. Saya tidak memiliki apa-apa, tidak ada agunan, tidak ada kekayaan, tidak memiliki orang tua yang bisa kasih bantuan modal ke saya tapi saat itu saya berani memutuskan bahwa saya harus memulai sebuah usaha," tambah Presiden.
Untuk memulai dan menjalankan usaha tersebut, Presiden hanya menjual satu hal yaitu kepercayaan.
"Apa yang saya jual? Hanya satu, kepercayaan, tidak ada yang lain. Kerja keras dan kerja super keras. Saya lihat kalau orang lain bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Saya kerja subuh sampai tengah malam karena saya tidak punya kelebihan, yang harus saya lebihkan ya itu jam kerjanya saya lebihkan," cerita Presiden.
Presiden menilai bahwa dengan pengalaman kerja dari bawah seperti itu, anak-anaknya pun diajarkan untuk memulai segala sesuatunya dari nol.
"Kepada anak-anak saya saya sampaikan untuk memulai sesuatu itu lebih baik dari nol, bukan langsung memiliki dan dimanjakan, (kalau seperti) itu akan gampang ditenggelemankan gelombang-gelombang, gelombang kecil saja ambruk apalagi gelombang besar," ungkap Presiden.
Presiden lalu menceritakan anaknya yang paling besar Gibran Rakabuming Raka sudah memiliki usaha berjualan martabak sedangkan anaknya yang paling kecil yaitu Kaesang Pangarep berjualan pisang nugget goreng.
"Yang besar jualan martabak ya silakan jualan martabak, yang kecil jualan pisang goreng, pisang nugget goreng. Saya suka diprotes sama anak saya, 'Pak bukan pisang goreng tapi pisang nugget goreng', OK OK. Jadi mereka mengerti cari uang tidak mudah, cari modal tidak mudah, membangun kepercayaan juga tidak mudah," tambah Presiden.
Presiden pun mengaku bahwa ia sendiri punya pabrik yang cukup besar untuk melakukan produksi mebel ekspor dan ingin diberikan kepada anak-anaknya.
"Saya memiliki pabrik dan mau saya berikan ke anak saya, untungnya anak-anak saya tidak ada yang mau, 'Enggak Pak saya mau mulai usaha sendiri', yang besar tidak mau, saya pikir yang kecil mau, ternyata dia jawab 'Gak pak saya sudah punya usaha', saya tidak tahu dia punya pisang nugget goreng tadi," jelas Presiden sambil tertawa.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019