"Persiapan seharusnya sudah dimulai sejak dini dan dimulai dari para guru PAUD," kata Ketua Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (Igaba) Unisuciati di sela peringatan Milad 100 tahun TK-TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta, Sabtu.
Caranya, ujar tokoh Aisyiyah, sebuah organisasi di bawah Muhammadiyah itu, dengan melatih para guru Taman Kanak-kanak (TK) dalam kemampuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) agar tidak ketinggalan dalam proses pembelajaran yang dibutuhkan generasi penerus.
Ia mengakui, kebayakan pengajar PAUD telah berusia 40 tahun ke atas yang cenderung gagap teknologi, sementara anak-anak generasi masa kini sangat melek digital sejak usia dini. "Sekarang anak dua tahun saja sudah pintar main gadget (gawai)," katanya.
Menurut dia, dalam Kurikulum 2013 untuk level TK memang sudah ada bidang pengembangan pembelajaran komputer, namun lebih pada pengenalan bentuk, warna, huruf dan semacamnya melalui penggunaan komputer.
Namun demikian pemanfaatan sarana digital untuk anak usia dini, ujar dia, juga menghadapi tantangan, seperti penyalahgunaan untuk hal-hal yang tidak baik atau membuat pertumbuhan motorik dan kognitif anak terganggu.
"Karena itu kami selalu menyarankan kepada orang tua agar mendampingi dan juga membatasi anak dalam penggunaan gadget. Orang tua memang harus menerapkan disiplin dan aturan ketat demi kebaikan anak," katanya.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Uhamka, Desvian Bandarsyah mengatakan, tantangan generasi penerus adalah bagaimana beradaptasi terhadap perubahan global.
"Bangsa kita beruntung memiliki bonus demografi cukup besar yang bisa menjadi lokomotif pembangunan. Namun sebaliknya justru bisa menjadi negatif dan beban jika kita tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada di era revolusi industri 4.0," katanya.
Menurut dia, PAUD harus menjadi prioritas pemerintah terkait datangnya era tersebut. "Secara kelembagaan pemerintah sudah membentuk Dirjen PAUD di Kemdikbud, tapi secara infrastruktur, SDM dan lain-lainnya belum prioritas," katanya.
Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019