"Jiwa dan raga rela beliau korbankan berjuang, mengusir penjajah Belanda dari Aceh saat itu, sehingga kita dapat merasakan hasil perjuangannya," katanya usai menjadi inspektur upacara di lokasi makam Teuku Umar, Desa Meugoe Rayek, Kecamatan Panton Reu, Senin.
Pada peringatan syahid Teuku Umar ke-120 itu dilaksanakan upacara yang dihadiri Danrem 012/ Teuku Umar Kolonel Inf Aswardi, Dandim 0105/ Aceh Barat Letkol Kav Nurul Diyanto, pejabat Polri di Aceh Barat, Forkompimda, SKPD, tokoh agama dan masyarakat.
Bupati menyampaikan terimakasih kepada pemerintah pusat yang telah memberikan penghargaan pahlawan nasional kepada Teuku Umar pada 1973, pemberian gelar kehormatan itu menjadi satu kebanggaan besar bagi masyarakat Aceh.
"Atas nama rakyat Aceh, saya menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah mengangkat Teuku Umar pahlawan nasional. Harapan ke depan pihak kementerian terkait berkunjung melihat bagaimana kondisi makam Teuku Umar tersebut," ujarnya.
Teuku Umar, adalah pahlawan nasional asal Aceh yang mengusir penjajah Belanda dengan taktik perangnya berpura-pura menyerah dan bersekutu.
Suami Cut Nyak Dhien itu, meninggal setelah ditembak oleh tentara Belanda pada 11 Februari 1899 di Suak Ujong Kalak, Meulaboh.
Dia juga menyampaikan, segera mengutus perwakilan untuk ke Negara Belanda, menelusuri dan mencari duplikat foto dan lukisan yang sebagian besar tersimpan di Tropenmuseum, Amsterdam, Belanda.
Bupati setelah penempatan karangan bunga dan siram air di kubur Teuku Umar, juga melakukan penyerahan hadiah dan tropi kepada pemenang lomba napak tilas yang ikut berpartisipasi sejak Sabtu (10/1) malam sampai hari puncak kegiatan.
Baca juga: Caleg ini janji sisihkan gaji untuk rawat makam Teuku Umar
Baca juga: Fahri Hamzah prihatin kondisi komplek makam Teuku Umar
Pewarta: Anwar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019