Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Ethiopia dapat berbagi pengalaman dalam menciptakan kerukunan antarumat beragama, kata Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur.Ada lebih 90 suku atau etnis di Etiopia. Ini menjadi catatan bagi Indonesia dalam hal kerukunan antarumat beragama
"Ada lebih 90 suku atau etnis di Etiopia. Ini menjadi catatan bagi Indonesia dalam hal kerukunan antarumat beragama," katanya di kantor The Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta, Senin malam.
Meskipun negara Afrika itu terdiri atas berbagai suku dan agama, katanya, Ethiopia mampu mengatur kerukunan antarumat beragama.
Bahkan dalam ketaatan dalam beragama, katanya, survey internasional menempatkan Ethiopia di urutan pertama, disusul Senegal di nomor kedua, dan posisi ketiga ditempati Indonesia.
"Ini sangat menarik mengenai kehidupan beragama di Ethiopia, tahun 2015 itu ada survey 'global attitude' , Ethiopia itu berada dalam posisi nomor satu karena ketaatan pada beragama sangat kuat, kedua diikuti oleh Senegal, kemudian nomor tiga Indonesia, keempat Uganda, dan kelima Pakistan," katanya.
Ia mengatakan mayoritas rakyat Ethiopia memeluk Kristen Ortodoks dengan persentase lebih dari 40 persen, kemudian diikuti pemeluk Islam dengan angka lebih dari 30 persen.
"Kemudian data terakhir antara pemeluk Kristen Ortodoks dan Islam sudah 50-50 persen," ujar dia.
Di Ethiopia ada lembaga non-pemerintah yang mengkoordinasikan kerja sama antarumat beragama. Nama lembaga itu Ethiopia Interfaith Council.
Sementara di Indonesia ada juga lembaga non-pemerintah yaitu The Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) dengan fungsi melakukan dialog dan kerja sama antar umatberagama.
"Kedua lembaga tersebut dapat bersinergi dan melakukan dialog," ujar dia.
Ia mengungkapkan Ethiopia saat ini mengalami tantangan bagaimana menghadapi ego antara sesama etnis.
"Begitu besar perasaan atau kekuatan antara etnis yang sama. Ada 9 etnis mayoritas di Ethiopia, di mana 1 etnis itu menguasai masing-masing jabatan di pemerintahan. Ini menjadi tantangan besar bagi Ethiopia," kata dia.
Ia mengatakan ego menduduki jabatan pemerintahan itu sangat tinggi antara etnis satu dengan yang lainnya.
"Mungkin The Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) dapat masuk ke hal itu," demikian Al Busyra Basnur.
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019