BMKG deteksi 11 titik panas di pesisir Riau

12 Februari 2019 11:58 WIB
BMKG deteksi 11 titik panas di pesisir Riau
Ilustrasi. Personil Kepolisian Polres Aceh Barat memadamkan api yang membakar lahan gambut dengan cara manual di Kawasan Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Minggu (6/1/2019). Sekira lima hektar lahan gambut di Kecamatan Johan Pahlawan dan Meureboe, Kabupaten Aceh Barat terbakar akibat musim kemarau disertai angin kencang. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj. (ANTARA FOTO/SYIFA YULINNAS)
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 11 titik panas sebagai indikasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di pesisir Provinsi Riau.

Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin di Pekanbaru, Selasa, mengatakan belasan titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen yang terpantau melalui pencitraan Satelit Terra dan Aqua tersebut menyebar di Kabupaten Bengkalis, Meranti dan Pelalawan.

"Titik panas terbanyak terdeteksi di Bengkalis dengan total tujuh titik, selanjutnya Meranti dan Pelalawan masing-masing dua titik," katanya.

Ia merinci titik panas yang terdeteksi di Kabupaten Bengkalis seluruhnya ada di Pulau Rupat. Dalam dua pekan terakhir, Pulau Rupat yang berada di bibir Selat Malaka itu terus membara dan hingga kini masih dalam proses pemadaman.

Selanjutnya, titik panas yang juga terpantau di Kabupaten Kepulauan Meranti terdeteki menyebar di Kecamatan Rangsang Barat dan Tebing Tinggi. Sementara di Pelalawan, kedua titik panas terdeteksi menyebar di Kecamatan Kuala Kampar.

Bibin menjelaskan, dari 11 titik panas yang terdeteksi tersebut, sembilan di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat luas lahan sepanjang awal 2019 ini mencapai 267,5 hektare (ha).

Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengatakan kebakaran lahan yang mayoritas terjadi di lahan gambut tersebut terjadi di enam kabupaten di Provinsi Riau.

"Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Bengkalis dengan total lahan seluas 131 hektare," kata Edwar.

Kebakaran lahan di Bengkalis terjadi di sejumlah daerah seperti Kecamatan Pinggir, Pulau Bengkalis dan terakhir di Pulau Rupat. Wilayah pesisir Riau itu sepanjang awal 2019 ini memang mengalami musim kering dengan cuaca cukup panas sehingga rentan terjadi kebakaran.

Selain di Bengkalis, kebakaran juga melanda Kabupaten Rokan Hilir dengan luas mencapai 87 hektare. Di Kota Dumai, kebakaran juga masih berlangsung hingga awal pekan ini tepatnya di Kecamatan Sungai Sembilan.

Kota Dumai yang secara geografis berdekatan dengan Bengkalis dan Rokan Hilir mengalami kebakaran di sejumlah titik dengan luas 17,5 hektare. Selanjutnya kebakaran lahan juga terpantau di wilayah peisir Riau lainnya, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan luas dua hektare.

Edwar mengatakan secara umum Provinsi Riau dalam kategori aman dari bencana Karhutla. Namun, dia memberikan pengecualian di wilayah tengah, pesisir timur dan sebagian wilayah barat Riau.

"Wilayah itu dalam kategori mudah hingga sangat mudah terbakar," ujarnya.

Dengan kondisi kebakaran lahan di awal tahun ini, Edwar mengatakan akan mempertimbangkan menetapkan status siaga Karhutla di 2019. Namun harus berkoordinasi dengan berbagai pihak terlebih dahulu, seperti BMKG dan pemerintah Provinsi Riau terkait penetapan status tersebut.

Baca juga: Asap di lahan gambut Aceh Barat kembali terlihat

Baca juga: Kebakaran lahan Riau meluas sampai 108 hektare



 

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019