"Karena kita ingin juga saudara-saudara kita disana, menikmati seperti jalan yang kita nikmati di Jawa, di Sumatera, atau di Kalimantan," kata Presiden dalam sambutannya saat acara Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Tahun 2019 di ICE, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan pada Selasa.
Presiden menyebutkan beberapa infrastruktur jalan yang telah dibangun oleh pemerintah antara lain jalur Merauke-Bovendigul di Papua sepanjang 140 kilometer.
Sebelum jalan itu dibangun, masyarakat setempat memerlukan waktu selama 2-3 hari karena kondisi jalan yang berlumpur.
Perbaikan infrastruktur juga diharapkan dapat menekan harga bahan pokok dan bahan bakar minyak di pelosok.
Kepala Negara mengungkap harga BBM di Wamena mencapai Rp60 ribu per liter. Sementara pada saat cuaca buruk karena pesawat tidak bisa mengirimkan bahan bakar, harganya melambung jadi Rp100 ribu.
"Oleh sebab itu empat tahun yang lalu saya perintahkan saya juga ingin BBM di Wamena dan pengunungan tengah ini di Papua sama dengan harga yang kita nikmati di Jawa, di Sumatera, di Kalimantan. Nyatanya bisa meskipun melalui sebuah perjuangan satu setengah tahun," tegas Jokowi.
Selain itu, pembangunan infrastruktur juga merupakan fondasi prasyarat untuk bisa berkompetensi di bidang ekonomi dengan negara lain.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan pada tahun 1978, Indonesia menjadi negara pertama yang membangun jalan bebas hambatan, yaitu Tol Jagorawi.
"Saat itu semua negara melihat kita. Malaysia melihat Jagorawi kaya apa, kontruksinya seperti apa, Thailand melihat kita manajemennya seperti apa Jagorawi, China melihat kita, Vietnam melihat kita," jelas Presiden.
Namun pada perkembangannya, pembangunan jalan tol di Indonesia tertinggal jauh oleh negara-negara lain.
Dalam 40 tahun Indonesia hanya mampu membangun jalan tol 780 kilometer, sementara Malaysia 1.800 kilometer, dan Tiongkok 280 ribu kilometer.
Presiden menilai pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan dan bandara juga menjadi kebutuhan yang penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019