• Beranda
  • Berita
  • Kata Jusuf Kalla: Kalau tidak mau bayar mahal jangan lewat tol

Kata Jusuf Kalla: Kalau tidak mau bayar mahal jangan lewat tol

12 Februari 2019 21:03 WIB
Kata Jusuf Kalla: Kalau tidak mau bayar mahal jangan lewat tol
Dokumentasi mobil melintas di jalan tol Jombang-Mojokerto Desa Tampingmojo, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (21/1/2019). PT Jasa Marga memberlakukan tarif baru, tujuh ruas tol Trans Jawa mulai 21 Januari pukul 00.00 WIB. Pemberlakukan tarif itu juga dibarengi dengan diskon 15 persen selama dua bulan, untuk pengguna jalan tol jarak jauh. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

... mau pilih yang mana, mau murah atau mau cepat, semua ada harganya...

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan, tarif tol TransJawa mahal disebabkan karena investasi yang dilakukan pemerintah dalam membangun jalan bebas hambatan tersebut juga tinggi.

"Karena investasinya memang mahal, tapi itu (mahal) kalau jarak jauh. Kalau tidak mau merasa mahal, (pakai) jalan biasa saja. Tapi (jalan tol) itu alternatif dari kecepatan, dia memang mahal tapi cepat," kata Kalla, di Jakarta, Selasa.

Penerapan tarif jalan tol yang mahal itu, menurut Kalla yang berlatar pengusaha itu, juga tidak merugikan perusahaan pengiriman karena sistemnya juga diintegrasikan dengan jalan biasa.

Sehingga, pengendara yang keberatan untuk membayar mahal tarif jalan tol, bisa menggunakan jalan alternatif namun dengan risiko kecepatan seperti melalui jalan bebas hambatan.

"Saya pikir tidak merasa dirugikan karena seluruh sistem jalan tol itu ada alternatifnya. Kalau Anda merasa mahal, ya lewat jalan biasa. Pantura khan tidak ditutup, tetap jalan. Tetapi kalau merasa mahal, ya kembali ke jalan biasa," jelasnya.

Kalla mengatakan, penggunaan jalan tol memang lebih efektif jika digunakan oleh kendaraan besar yang menampung banyak penumpang, serta menempuh jarak jauh.

"Tol itu kalau seperti bus, bagus, karena yang bayar khan mobilnya. Tapi kalau mobil jalan sendiri, cuma satu penumpang, ya kemahalan," katanya.

Ia kembali menegaskan, masyarakat diberi pilihan untuk menggunakan jalan tol atau jalan alternatif. Tidak ada paksaan dari pemerintah agar masyarakat harus menggunakan jalan bebas hambatan.

"Jadi tergantung mau pilih yang mana, mau murah atau mau cepat, semua ada harganya. Kalau mau pilih cepat ya mungkin delapan jam bisa sampai Surabaya. Tapi kalau mau pakai jalan biasa, mungkin butuh 12 jam," ujarnya. 

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019