• Beranda
  • Berita
  • Tradisi "Bau Nyale" dan upaya membangkitkan pariwisata Lombok

Tradisi "Bau Nyale" dan upaya membangkitkan pariwisata Lombok

12 Februari 2019 21:55 WIB
Tradisi "Bau Nyale" dan upaya membangkitkan pariwisata Lombok
Patung Legenda Putri Mandalika Sejumlah wisatawan berada di dekat patung legenda Putri Mandalika di pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (30/4/2017). Setiap tahunnya (antara bulan Februari-Maret) di pantai Seger dilaksanakan festival "Bau Nyale" (tangkap cacing laut) yang diyakini masyarakat Sasak Lombok sebagai jelmaan legenda Putri Mandalika yang menceburkan dirinya kelaut untuk menghindari terjadinya perang karena diperebutkan oleh puluhan pangeran yang ingin mempersuntingnya. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Konon pada zaman dahulu kala berdiri sebuah kerajaan di pesisir pantai selatan Pulau Lombok yang dipimpin seoang raja bernama Raja Tonjang Beru dan permaisurinya Dewi Seranting.

Dikisahkan Raja Tonjang Beru memiliki seorang puteri cantik jelita bernama Putri Mandalika yang dikenal sopan, ramah dan tutur katanya lembut. Karena itu pangeran dari kerajaan sekitarnya berebutan meminang putri raja untuk dijadikan permaisuri.

Namun Putri Mandalika tidak bersedia menerima lamaran para pangeran. Untuk menghindari terjadinya peperangan, putri raja Tonjang Beri itu memilih mengorbankan jiwanya dengan terjun ke laut di Pantai Seger Kuta yang kini masuk wilayah Desa Sukedane, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.

Tak lama kemudian, tiba-tiba bermunculan binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak dari dasar laut. Binatang tersebut disebut dengan "Nyale" (cacing laut). Seluruh masyarakat meyakini bahwa nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika.

Legenda Putri Mandalika kemudian menjadi awal dari tradisi "Bau Nyale" (menangkap cacing laut) yang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah setiap bulan Februari.

Kendati tak ada bukti tertulis yang menyebutkan kapan tradisi bau nyale itu mulai dilaksanakan. Namun tradisi itu dilakukan oleh sebagain masyarakat di Pulau Lombok secara turun-temurun sejak ratusan tahun silam.

Tradisi Bau Nyale yang dilaksanakan di sejumlah pesisir pantai di Pulau Lombok itu dibanjiri puluhan ribu warga sekitarnya. Bahkan wisatawan nusantara dan mancanegara juga ikut menyaksikan tradisi budaya tahunan itu.

Karena itu sejak beberapa tahun terakhir Pemerintah Provinsi NTB menetapkan tradisi Bau Nyale itu menjadi kalender tahunan pariwisata di daerah ini. Tradisi Bau Nyale itu dikemas dalam "Festival Pesona Bau Nyale.

Tahun 2019 ini Pemerintah Provinsi NTB menyiapkan 14 rangkaian kegiatan untuk meramaikan Festival Pesona Bau Nyale pada 17-25 Februari 2019 di Pantai Seger, Kabupaten Lombok Tengah.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal mengatakan 14 kegiatan itu diawali kontes surfing pada 17 Februari yang akan dipusatkan di Pantai Gerupuk. Lomba foto bertemakan Bau Nyale yang dimulai dari 17-23 Pebruari.

Kemudian, pada 18 Pebruari dilaksanakan kegiatan pengelolaan desa wisata Mandalika yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Pada 19-23 Februari juga dilaksanakan kegiatan pertunjukan tradisional peresean di Pantai Senek.

Selain itu, pada 21 Februari dilaksanakan dialog di Selasar Bazar Mandalika yang akan diisi sejumlah kegiatan mulai pameran ekonomi kreatif, pameran desa wisata, fashion show hasil karya desainer ternama Samuel Watimena.

Festival Pesona Bau Nyale juga akan diisi dengan seminar yang menghadirkan Menteri Pariwisata Arief Yahya sebagai nara sumber, termasuk dari Kementerian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan Badan Ekonomi Kreatif.

Selain itu juga disi dengan kegiatan bernuansa religius mengangkat tema Mandalika Berzikir bertempat di Masjid Nurul Bilad dengan menghadirkan Ustad Yusuf Mansyur sebagai penceramah. Kegiatan ini digelar pada 22 Pebruari.

Selanjutnya, pada 23 Februari digelar parade budaya dari 10 kabupaten/kota di NTB yang dipusatkan di Kota Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan parade budaya ini menggandeng Jember Fashion Carnaval (JFC).

Kemudian memasuki malam puncak Festival Pesona Bau Nyale pada 24-25 Februari dilaksanakan grand final pemilihan Putri Mandalika, kampung kuliner dan malam puncak Bua Nyale dengan tradisi "Bau Nyale" atau menangkap cacing laut oleh warga dan wisatawan di Pantai Seger.

Rangkaian acara Tradisi Bau Nyale yang dikemas apik dalam Festival Pesona Bau Nyale 2019 ini dihajatkan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke NTB.

Faozal berharap kegiatan Bau Nyale tahun ini dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke Lombok dan Sumbawa, terlebih setelah Provinsi NTB dilanda bencana gempa bumi dahsyat pada akhir Juli dan Agustus 2018.

Pengorbanan Putri Mandalika memiliki makna filosofis. Keberadaannya yang muncul dalam wujud cacing laut dapat dinikmati oleh masyarakat banyak. Kemunculannya pun setiap tahun dilaksanakan yakni pada tanggal 20 bulan 10 berdasarkan kalender Sasak, suku terbesar di Pulau Lombok.

3.000 wisatawan

Pemerintah Provinsi NTB menargetkan Festival Pesona Bau Nyale yang digelar di Pantai Seger, Desa Kuta, Kabupaten Lombok Tengah pada 17-25 Pebruari 2019 mampu menarik 3.000 kunjungan wisatawan yang datang dari luar NTB untuk menyaksikan event Bau Nyale

Ia mengatakan untuk dapat menarik wisatawan datang ke NTB sejumlah paket wisata pun sudah disiapkan. Salah satunya paket tiga hari dua malam, sudah termasuk tiket pesawat dengan harga Rp3,4 juta.

Wisatawan pun boleh memilih paket tanpa tiket peswat dengan harga mulai Rp1,3 juta sampai Rp1,8 juta tergantung kelas hotel dan jumlah orang atau kelompok.

Faozal mengatakan untuk paket ini sudah dilakukan komunikasi dengan sejumlah maskapai dan biro perjalanan wisata sehingga diharapkan bisa menghadirkan banyak wisatawan menyaksikan Festival Bau Nyale.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTB Dewantoro Umbu Joka menyambut baik dilaksanakan kegiatan tersebut di tengah terpuruknya pariwisata NTB pascagempa.

Kegiatan ini akan sangat membantu pemulihan pariwisata pascabencana gempa Lombok, sehingga, mengembalikan kepercayaan orang luar Lombok untuk hadir di tempat ini, sebab yang terpenting saat ini meyakinkan orang untuk datang.

Dewanto mengatakan walaupun secara nasional pariwisata juga tidak diuntungkan dengan mahalnya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar, namun pihaknya tetap optimis sebagai pelaku industri pariwisata, supaya tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan industri pariwisata.

Sementara itu Wakil Gubernur NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah mengapresiasi langkah-langkah yang dilaksanakan untuk melancarkan acara Festival Bau Nyale tahun ini dan juga tetap mengingatkan terkait ciri khas NTB dengan wisata halalnya.

Hal itu disampaikan Wagub NTB saat menerima kunjungan Hesty Reksohastuti selaku staf ahli Menteri Pariwisata, sekaligus Penanggung Jawab Calendar of Events (CoE) Kementerian Pariwisata ditemani oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB Lalu Moh Faozal.

Kunjungan tersebut untuk menyampaikan perkembangan Festival tahunan Bau Nyale, yang juga dihajatkan untuk sosialisasi Zero Waste yang diadakan di Mandalika, Lombok Tengah.

Wagub NTB mengatakan Festival Bau Nyale merupakan kegiatan nasional, terkait potensi pariwisata di seluruh Indonesia, yang tentunya mempunyai destinasi pariwisata yang indah. NTB tetap memiliki keunggulan dan ciri khas yaitu, "halal destination".

Baca juga: Ribuan warga Lombok tangkap cacing "bau nyale"
Baca juga: Nyale diperebutkan ribuan warga Lombok Tengah

 

Pewarta: Masnun
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019