• Beranda
  • Berita
  • Pegiat lingkungan: Jokowi-Ma'ruf jamin hak generasi mendatang

Pegiat lingkungan: Jokowi-Ma'ruf jamin hak generasi mendatang

14 Februari 2019 19:09 WIB
Pegiat lingkungan: Jokowi-Ma'ruf jamin hak generasi mendatang
AKSI BERSIHKAN INDONESIA. Sejumlah aktivis Koalisi Bersihkan Indonesia melakukan aksi teatrikal bertajuk Kami Ingin Masa Depan, Kami Ingin Energi Bersih, di depan Gedung KPU, Jakarta, Senin (11/2/2019). Debat Capres tanggal 17 Februari mendatang bertemakan energi, lingkungan hidup, infrastruktur, pangan, dan sumber daya alam. ANTARA FOTO/Reno Esnir/hp. *** Local Caption ***ANTARA FOTO/RENO ESNIR (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)

Jakarta  (ANTARA News) - Pegiat Hukum, HAM, Masyarakat Adat, Lingkungan dan Perempuan Arimbi Heroepoetri menyebut Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) Joko Widodo-Ma’ruf Amin menjamin hak generasi mendatang dengan pengelolaan lingkungan hidup dan energi. 

Arimbi dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan pada bagian 4 visi-misi Joko Widodo-Ma’aruf Amin berjudul Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan adalah uraian misi untuk pengelolaan lingkungan ke depan yang telah menyiratkan bahwa pemerintahan mereka peduli akan nasib bangsa ini, bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. 

Ia mengatakan telaah dalam kurun 4 tahun Pemerintahan Joko Widodo –Jusuf Kalla telah jelas meninggalkan jejak untuk mengantarkan hak generasi mendatang dengan aksi nyata, bukan sekadar retorika. Dan tiga diantaranya adalah melakukan pemadaman kebakaran hutan yang terjadi sejak tahun 1994; pembersihan DAS Citarum; dan kebijakan energi bersih (Biodiesel dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu).

Arimbi yang juga merupakan Direktur PKP Berdikari mengatakan karhutla sejak 1994 disebabkan oleh adanya perubahan struktur vegetasi sebagai akibat dari pembalakan kayu yang dimulai sekitar 1970-an. Jutaan hektare (ha) lahan hutan telah dibagi-bagi kedalam kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang mengakibatkan “booming kayu” di Sumatera dan Kalimantan. 

Karhutla di 1994 menghanguskan 5,11 juta ha, di 1997-1998 menghanguskan 10-11 juta ha, sedangkan di 2015 menghabiskan 2,6 juta ha. Kebakaran tersebut memicu terjadinya transboundary haze pollution yang melintasi wilayah negara-negara tetangga dan menimbulkan kerugian lainnya, yakni sebesar Rp221 triliun untuk kejadian 2015.

Sementara berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peristiwa karhutla beserta dampaknya yang terjadi pada rentang Juni sampai Oktober 2015 telah mengakibatkan sebanyak 24 orang meninggal dunia, lebih dari 600 ribu orang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). 

Namun demikian sepanjang 2015, menurut dia, usaha pemadaman kebakaran dilakukan dan hasilnya di 2016 dan seterusnya jumlah hutan dan lahan terbakar menurun drastis sampai 90 persen. 

Lebih lanjut, Arimbi mengatakan DAS Citarum yang merupakan sumber penghidupan bagi lebih dari 9 juta penduduk di sekitar kawasannya telah menghasilkan 1.400 Mega Watt (MW) listrik, sumber air irigasi bagi 240.000 ha sawah dan sumber pasokan air bersih bagi 80 persen warga Jakarta. 

Pembersihan DAS Citarum, yang sempat mendapat julukan sungai terkotor sedunia, mulai dilakukan sejak awal 2018 dengan target 7 tahun. Namun, dalam kurun waktu kurang dari setahun, ia mengatakan secara kasat mata sudah terlihat kemajuannya, di beberapa titik yang biasanya penuh sampah sudah mulai bersih.


Baca juga: Aktivis tak berharap banyak soal bahasan lingkungan dalam debat capres

Baca juga: Warga harapkan capres-cawapres pro-lingkungan

Baca juga: Walhi serukan publik tanyakan posisi capres-cawapres terhadap lingkungan

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019