• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak terus menguat dipicu harapan perdagangan dan pengurangan pasokan

Harga minyak terus menguat dipicu harapan perdagangan dan pengurangan pasokan

15 Februari 2019 06:28 WIB
Harga minyak terus menguat dipicu harapan perdagangan dan pengurangan pasokan
Suasana pengendara mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Kawasan Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan,Jakarta, Minggu (10/2/2019). Harga BBM non subsidi kembali diturunkan oleh Pertamina, meliputi wilayah hanya Jabodetabek dengan besaran penurunan bervariasi sampai dengan Rp 800 per liter. (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)
New York (ANTARA News) -  Harga minyak memperpanjang kenaikannya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena optimisme perdagangan dan laporan pengurangan lebih lanjut dalam pasokan energi global memperkuat pasar.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 0,51 dolar AS menjadi menetap pada 54,41 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman April, naik 0,96 dolar AS menjadi ditutup pada 64,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

China dan Amerika Serikat (AS) memulai putaran baru konsultasi ekonomi dan perdagangan tingkat tinggi di Beijing pada Kamis (14/2). Pelaku pasar mengamati dengan seksama kemajuan pembicaraan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi dunia tersebut.

Harga minyak juga didukung oleh tanda-tanda pengetatan pasokan bahan bakar.

Pasokan global turun 1,4 juta barel per hari (bph) menjadi 99,7 juta bph pada Januari, kata laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (13/2).

Sebuah laporan terpisah pada Selasa (12/2) yang dikutip Xinhua menunjukkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) secara signifikan telah mengekang produksi minyak mentahnya.

OPEC mengatakan bahwa produksi minyak mentah turun 797.000 barel per hari pada Januari menjadi rata-rata 30,81 juta barel per hari.

Pada Desember, OPEC dan beberapa produsen minyak utama lainnya, termasuk Rusia, berjanji untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari guna menopang harga, mulai Januari 2019.

Baca juga: Indonesia peringkat 25 untuk daya saing investasi migas

Baca juga: Kontrak bagi hasil Blok Rimau menjadi "gross split"


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019