Riau masih dikepung puluhan titik panas

17 Februari 2019 11:53 WIB
Riau masih dikepung puluhan titik panas
Kabut Asap Makin Pekat Seorang warga mengenakan masker dengan latar belakang papan informasi jumlah titik panas atau "hotspot" kebakaran lahan dan hutan, di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (21/10). Kabut asap kebakaran makin pekat menyelimuti Propinsi Riau setelah upaya pemadaman kebakaran dari pemerintah Indonesia bersama negara tetangga belum juga membuahkan hasil optimal, hingga akhirnya negara seperti Malaysia dan Australia menarik pesawat bantuan mereka. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Titik panas terbanyak masih terdeteksi di Kabupaten Bengkalis dengan jumlah 22 titik

Oleh Fazar Muhardi dan Anggi Romadhoni

Pekanbaru, (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan 30 titik panas yang mengindikasikan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) bertahan dan menyebar di sejumlah kabupaten di Provinsi Riau.

Berdasarkan citra satelit Terra dan Aqua, Minggu pukul 06.00 WIB, sedikitnya terdeteksi 30 titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen sebagai indikasi karlahut menyebar di lima kabupaten di Riau.

"Titik panas terbanyak masih terdeteksi di Kabupaten Bengkalis dengan jumlah 22 titik," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Yasir di Pekanbaru.

Secara umum, BMKG menyatakan titik panas di Bengkalis masih terpusat di Pulau Rupat. Namun, berdasarkan pencitraan satelit, titik-titik panas baru bermunculan di wilayah lainnya, seperti Kecamatan Bantan dan Kecamatan Bengkalis, Pulau Bengkalis.

Bahkan, berdasarkan data BMKG dua titik panas yang tersebut dinyatakan sebagai titik api dengan tingkat kepercayaan mencapai 100 persen.

Selain Bengkalis, titik-titik panas lainnya juga menyebar di Kota Dumai tiga titik, Pelalawan dua titik, Rokan Hilir dua titik serta Meranti satu titik.

Sementara itu, dari 30 titik panas terebut, 17 di antaranya dipastikan sebagai titik api, atau indikasi kuat adanya karlahut dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen hingga 100 persen.

"Titik api menyebar di Bengkalis 13 titik, Dumai tiga titik serta Pelalawan satu titik," katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat luas karlahut sejak awal hingga medio Februari 2019 ini mencapai 497,71 hektare. Angka tersebut meningkat dua kali lipat dalam sepekan terakhir, setelah pada awal pekan ini luas lahan yang terbakar hanya 267 hektare.

Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengatakan cuaca kering yang melanda pesisir Riau seperti Bengkalis, Dumai, Meranti dan Rokan Hilir menyebabkan kebakaran meluas dengan masif.

"Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Bengkalis dengan total 322 hektare," kata Edwar.

Sepanjang pekan ini, Bengkalis merupakan wilayah yang mengalami kebakaran hebat. Sekitar 200 hektare lahan gambut di Pulau Rupat, Bengkalis terbakar dan hingga kini belum dapat dikendalikan.

Selain di Bengkalis, kebakaran juga melanda Kabupaten Rokan Hilir dengan luas mencapai 112 hektare. Di Kota Dumai, kebakaran juga masih berlangsung hingga awal pekan ini tepatnya di Kecamatan Sungai Sembilan dan Medang Kampai dengan luas mencapai 31,5 hektare.

Selanjutnya kebakaran lahan juga terpantau di wilayah peisir Riau lainnya, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Meranti dengan luas 2,2 hektare.

"Untuk di Bengkalis dan Dumai upaya pemadaman masih terus berlangsung hingga hari ini," ujar Edwar.

Selain wilayah pesisir Riau, kebakaran juga terjadi di wilayah Riau daratan. Di Kabupaten Kampar, tercatat luas kebakaran mencapai 14 hektare.

"Dan di Pekanbaru seluas 16,01 hektare terbakar," ujarnya.

Kebakaran lahan yang melanda Riau, terutama wilayah pesisir mulai menyebabkan kabut asap. Wilayah Dumai dilaporkan mengalami kabut asap cukup parah sepanjang pekan ini. Bahkan, berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara di Dumai sempat menyentuh level berbahaya.

Baca juga: Terra dan Aqua deteksi 53 "hotspot" Riau

Baca juga: BMKG deteksi 68 titik panas di Riau

 

Pewarta: Fazar Muhardi dan Anggi Romadhoni
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019