Peserta IOX 2019 Andalas banyak yang berguguran

21 Februari 2019 10:15 WIB
Peserta IOX 2019 Andalas banyak yang berguguran
Kendaraan peserta IOX 2019 Andalas terbalik. Hal tersebut terjadi karena kerasnya trek yang dilalui pada petuangan ekstrem yang dimulai dari Medan dan akan finis di Bukittingi, Minggu (24/2) (Tim IOX 2019 Andalas)
Jakarta (ANTARA News) - Petualangan ekstrem Indonesia Off-road eXpedition (IOX) 2019 Andalas, yang start dari Medan, Sabtu (9/2) terus berjalan dan banyak peserta yang berguguran karena kerasnya trek yang harus dilalui.

Team leader IOX 2019 Andalas Syamsir Alam dalam keterangan yang diterima media di Jakarta, Kamis, mengatakan dari 81 peserta yang menggunakan kendaraan off road 4x4, hanya 20-an kendaraan saja yang sukses mengikuti trek demi trek sesuai dengan jadwal.

"Mayoritas peserta gagal memasuki trek sesuai jadwal dan masih berjibaku untuk keluar dari trek-trek sebelumnya. Semakin hari semakin sedikit jumlah peserta yang bisa mengikuti seluruh trek sesuai jadwal," katanya.

Menurut dia, trek ekstrem pertama yang membuat peserta terhambat adalah di Siosar Brastagi. Trek Siosar bagaikan trek supermarket off-road super berat. Tanjakan curam, turunan curam, bogger (rawa lumpur) yang dalam, bebatuan, akar pohon besar yang menyulitkan semua tersedia dan harus dilalap oleh para off-roader.

Usai dari Siosar seluruh peserta istirahat di Silalahi, di pantai Danau Toba, menikmati keindahan alam dan budaya Danau Toba sekaligus kesempatan perbaikan kendaraan. Namun akibat kerusakan yang agak sulit diperbaiki, tercatat dua kendaraan peserta menyerah tidak bisa lanjut dan diangkut dengan trailer langsung menuju garis finish di Bukit Tinggi menunggu peserta lainnya.

"Kerasnya trek membuat peserta kerja keras dan butuh waktu lama. Selain ini banyak pula kendaraan yang rusak," kata Syamsir Alam menambahkan.

Dari Silalahi, seluruh peserta bergerak ke Parmonangan untuk off-road. Namun tercatat hanya 22 kendaraan 4x4 yang masuk trek. Sisanya masih tercecer di trek Siosar dan sebagian lagi rusak yang harus masuk bengkel untuk perbaikan. Trek ke Parmonangan ini memiliki tingkat resiko kecelakaan yang tinggi karena melalui banyak jurang yang banyak.

Untuk peserta yang tercecer, kata Syamsir, dilarang memasuki trek tersebut untuk mengurangi resiko kecelakaan. Sekitar 56 kendaraan melambung mengambil jalan on-road ke Sibolga via Tarutung. Sebagian peserta menginap dan berkesempatan menikmati wisata di Tarutung yang sejuk, khususnya kuliner Kopi Karo yang sangat istimewa namun belum sepopuler seperti Kopi Gayo atau Sidikalang.

Setelah itu, peserta melakukan start dari Sibolga (jalan on-road) menuju pantai Tabuyung dengan menyusuri jalan pasir di pantai sepanjang 10 Km. Seluruh peserta sangat menikmati trek pantai pasir yang sepi ini dengan memacu kecepatan tinggi. Dari Tabuyung, peserta menuju Simpang Gambir melalui jalan on-road dan off-road melalui perkebunan sawit dan lading. Tercatat hanya 29 kendaraan yang memasuki trek ini. Sisanya tercecer di belakang dan sebagian lagi diperbaiki karena rusak.

Berikutnya dengan diiringi hujan deras, sekitar 40 kendaraan peserta kembali memasuki jalur off-road berat Sapotinjak ke Aek Mais karena melalui tanjakan tanpa winching point dengan jurang yang dalam sepanjang trek. Ternyata hanya 20 kendaraan yang berhasil finis disambut Bupati Madina Drs. H. Dahlan Harun Nasution.

Sisanya sebanyak 20 kendaraan baru berhasil keluar satu persatu sejak malam hingga siang hari besoknya. Kondisi hujan yang terus menerus membuat kondisi trek menjadi trek neraka. Salah satu peserta yang terjebak di trek adalah Haji Bakri, tokoh di Penyabungan yang pengusaha sekaligus pengelola pondok pesantren terbesar dan tertua (105 tahun) di Indonesia dengan 12.500 santri.

Setelah istirahat, pada Rabu (20/2), peserta menjalani trek on-road memasuki Propinsi Sumatera Barat dan akan membuka tenda di Kawasan Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Kota dan akan mencapai finish di Bukit Tinggi, Minggu (24/2).
 

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019