• Beranda
  • Berita
  • Apjati sebut sistem satu kanal lindungi pekerja Indonesia di Saudi

Apjati sebut sistem satu kanal lindungi pekerja Indonesia di Saudi

22 Februari 2019 16:25 WIB
Apjati sebut sistem satu kanal lindungi pekerja Indonesia di Saudi
Pekerja Binladin Grup asal Indonesia didata oleh petugas BNP2TKI sesaat tiba di terminal 2 bandar udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (8/5/2016). Sebanyak 120 pekerja dari Madinah dipulangkan oleh pemerintah Saudi Arabia dari total sekitar 8000 pekerja yang terkena PHK oleh Binladin grup. (ANTARA FOTO/Lucky R.)

penyalur tenaga kerja bertanggung jawab langsung melalui Sarikah

Surabaya  (ANTARA News) - Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) menilai sistem satu kanal yang saat ini sedang diuji coba oleh Kementerian Tenaga Kerja RI merupakan upaya melindungi Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi.

"Sistem satu kanal ini akan menempatkan PMI (Pekerja Migran Indoensia) lebih tertib dan manusiawi sekaligus pencegahan terhadap PMI ilegal," kata Ketua Umum Apjati Basalamah di acara sosialisasi Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 291 Tahun 2018  tentang Pedoman Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia di Kerajaan Arab Saudi Melalui Sistem Penempatan Satu Kanal yang diegalar di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, semenjak adanya moratorium berdasarkan Permenaker RI 260/2015 Tentang Penghentian dan Pelarangan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Pada Pengguna Perseorangan di Negara-Negara Kawasan Timur Tengah,  banyak oknum swasta yang melakukan pelanggaran dengan menempatkan tenaga kerja secara tidak prosedural.

Hal inilah, lanjut dia yang membuat pemerintah terusik dengan menerbitkan Kepmenaker 291/2018 untuk menata penempatan PMI ke Arab Saudi dengan menyiapkan lapangan pekerjaan sesuai keahlian masing-masing.

Untuk itu, sebutnya, pemerintah pusat dan daerah serta pihak swasta dalam hal ini Apjati harus bersama-sama mengintegrasikan sistem satu kanal untuk melawan para mafia perdagangan manusia.

Ia melanjutkan bahwa sistem satu kanal ini mengutamakan perlindungan PMI dengan berbasis Badan Latihan Kerja (BLK).

"Kalau kapasitas BLK seluruh Indonesia hanya 1.000 tenaga kerja, maka yang ditempatkan 1.000 tenaga kerja. Tapi kalau sistem yang dulu kapasitas 1.000 tenaga kerja, yang ditempatkan 10.000 tenaga kerja, sehingga ada 9.000 tenaga kerja tidak terlatih ada di luar negeri. Tentunya hal ini yang membuat masalah," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Apjati Jatim, Mazlan Mansyur menambahkan bahwa dari dulu ada kesan  perlindungan terhadap PMI yang bekerja di Arab Saudi kurang karena sering ada penyiksaan.

"Tapi dengan sistem ini, para pekerja akan diawasi oleh badan khusus yang namanya Sarikah. Jadi penyalur tenaga kerja tidak berurusan lagi dengan majikan, tapi bertanggung jawab langsung melalui Sarikah. Satu kanal ini merupakan kesepakatan Pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia.  Ini untuk meningkatkan perlindungan kepada tenaga kerja," tambahnya.

Baca juga: Kemnaker buat MoU terkait perlindungan PMI di luar negeri
Baca juga: Aplikasi SIPMI tingkatkan perlindungan pekerja migran

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019