Asam lemak esensial mencakup golongan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang terdiri atas Omega-3 dan Omega-6 serta asam lemak tak jenuh tunggal berupa Omega-9.
Spesialis anak dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K) menjelaskan asam lemak esensial berfungsi untuk perkembangan sel, perkembangan fungsi otak dan saraf, produksi hormone-like substances, respon imun, dan reaksi radang.
"Tanda-tanda anak kekurangan asam lemak esensial antara lain kulit dan rambut kering, kulit kasar hingga berketombe karena kulit begitu kering, mata kering," ujar dr. Bernie dalam diskusi "Kekurangan Omega-3 Pengaruhi Intelegensia Anak" di Jakarta, Jumat.
Tak hanya secara fisik, kekurangan asam lemak esensial juga akan berpengaruh pada atensi dan perilaku anak, misalnya gangguan perhatian, gangguan konsentrasi, gangguan kognitif, sering rewel, moody dan mudah emosi.
Makanan yang mengandung asam lemak esensial pun mudah di temukan di Indonesia seperti ikan lele, ikan kembung, ikan sardin, ikan lemuru, tempe, tahu, seafood dan susu yang difortifikasi.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Departemen Gizi Masyarakat – Fakultas Ekologi Manusia IPB mengatakan bahwa makanan yang mengandung sumber Omega-3 lebih cepat rusak nutrisinya.
Oleh karena itu, dia menyarankan agar tidak mengolahnya menggunakan suhu yang tinggi.
"Omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh ganda, yang mudah rusak akibat pemanasan. Kalau digoreng jangan berulang-ulang. Lebih baik dikukus, ditumis atau dibuat makanan berkuah," kata Prof. Ahmad.
Baca juga: Makan seafood selama hamil bisa tingkatkan IQ anak
Baca juga: Lebih dari 80 persen anak Indonesia kekurangan DHA
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019