Sebagian makanan penutup juga mengandung banyak lemak jenuh, yang berpotensi membahayakan jantung, dan banyak kalori.
Tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencuci mulut sebenarnya bisa menyehatkan ketika strateginya tepat, yakni lebih awal alih-alih setelah makan, seperti dilansir dari Time, Sabtu.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Applied, secara konsisten memilih makanan yang lebih sehat dan mengonsumsi lebih sedikit kalori saat menyantap makanan penutup pada awal waktu makan.
"Jika kita memilih sesuatu yang sehat terlebih dahulu, maka ini memberi kita lisensi untuk memilih sesuatu yang lebih besar nanti," kata Martin Reimann, asisten profesor ilmu kognitif di University of Arizona.
"Membuat pilihan yang berat kalori pertama kali tampaknya secara tidak sadar mengarahkan orang untuk 'sedikit menginjak rem' ketika mereka memutuskan apa lagi yang harus dilakukan," imbuh dia.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, Reimann dan timnya mempelajari 134 staf pengajar universitas, staf, dan mahasiswa pascasarjana yang sedang makan siang di kantin sekolah.
Pada empat hari yang berbeda, mereka menawarkan empat pilihan hidangan penutup yang berbeda: pilihan sehat (buah segar) ditempatkan sebelum pilihan utama dan lauk, pilihan memanjakan (lemon cheesecake) sebelum hidangan gurih, buah ditempatkan setelah hidangan utama atau kue keju setelah makan utama.
Hampir 70 persen partisipan yang mengambil cheesecake pertama-tama memilih hidangan utama dan lauk yang lebih sehat (ayam fajitas dan salad, bukannya ikan goreng dan kentang goreng), tetapi hanya sekitar sepertiga orang yang mengambil buah melakukannya.
Semua mengatakan, orang-orang yang memilih cheesecake pertama kali, mengonsumsi sekitar 250 kalori lebih sedikit selama makan, dibandingkan dengan orang-orang yang memilih buah sebagai makanan penutup terlebih dahulu.
Orang-orang yang mengambil cheesecake setelah memilih makanan utama akhirnya makan sekitar 150 kalori lebih banyak daripada yang memilihnya terlebih dahulu.
Mereka yang memilih kue cokelat, hampir 56 persen, memilih hidangan utama yang lebih ringan (ayam lemon panggang di atas ayam cordon bleu).
Felicia Stoler, ahli gizi ahli gizi di New Jersey, setuju bahwa makanan penutup kadang-kadang harus ada dalam menu. Tetapi dia memperingatkan agar tidak menganggapnya sebagai makanan yang sehat atau sarana menurunkan berat badan.
“Haruskah menjadi bagian dari setiap makan? Benar-benar tidak. Saya bahkan tidak berpikir harus menjadi bagian dari setiap hari," kata dia.
Baca juga: Cara menghindari godaan junk food menurut studi
Baca juga: Makanan sehat ternyata juga bisa lezat
Baca juga: Tujuh makanan yang dikira tidak sehat justru menyehatkan
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019