"Sejauh ini saya melihat ajakan golput itu tidak efektif," kata Romahurmuziy di sela acara Santiaji Caleg PPP di Yogyakarta, Minggu.
Menurut politikus muda yang akrab disapa Rommy ini, tren penurunan angka golput dapat dilihat dari angka partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 yang mencapai 75,2 persen, sedangkan angka golput hanya mencapai 24,8 persen. Angka golput itu turun dibandingkan Pilpres 2009 yang mencapai 30 persen.
Ia mengatakan bahwa saat ini gairah masyarakat terhadap kontestasi Pilpres 2019 lebih tinggi karena hanya diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Rivalitas antara dua kutub itu akan membuat golput tidak efektif.
“Karena kalau hanya dua kutub selalu timbul rivalitas. Sebenarnya secara politik itu tidak menyenangkan karena kemudian membelah bangsa ini. Akan tetapi, realitasnya hari ini calon cuma dua. Berbeda jika calonnya tiga orang atau lebih mungkin golput meningkat,” katanya.
Selain itu, ajakan golput juga menjadi tidak efektif karena Rommy menilai masyarakat saat ini lebih pragmatis.
"Jujur saja saya melihat masyarakat sekarang lebih pragmatis ketemu kebutuhan dengan caleg-caleg yang memang untuk bisa duduk itu pokoknya apa saja dilakukan, termasuk bayar, sehingga akhirnya ajakan golput menjadi tidak efektif," katanya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019