Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Lombok Praya Levi Ratnasari di Lombok Tengah, Minggu, menjelaskan hujan es di Dusun Tapo Barat, Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata tersebut, disebabkan aktivitas dari awan konvektif, yakni awan cumulonimbus.
"Awan tersebut tumbuh akibat adanya proses pemanasan yang kuat di daratan. Kondisi tersebut terpantau dari citra radar kami," katanya.
Menurut Levi, hujan es dapat terjadi kapan saja karena beberapa indikasi, yakni satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Kondisi tersebut akibat adanya radiasi matahari yang cukup kuat.
Selain itu, mulai pukul 10.00 terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis).
Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang batas tepinya jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal sebagai awan cumulonimbus.
Di pepohonan di sekitar tempat manusia berdiri, ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat berdiri.
Ia menambahkan biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Apabila hujannya gerimis, kejadian angin kencang jauh dari lokasi pemukiman penduduk.
"Jika 1-3 hari berturut-turut, tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/hujan, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang. Baik yang masuk kategori puting beliung maupun yang tidak," katanya.
Pada kondisi cuaca ekstrem tersebut, kata dia, masyarakat tidak perlu khawatir, namun perlu tetap waspada dan mengantisipasi jika ada indikasi terjadinya fenomena cuaca, seperti hujan es, angin kencang, hingga puting beliung.*
Baca juga: Belasan rumah di Sleman rusak diterjang puting beliung
Baca juga: Angin kencang dan hujan es terjang Sleman
Pewarta: Awaludin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019