Pelatih atletik lompat jauh, Arya Yuniawan Purwoko saat ditemui di sela latihan di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu sore, mengatakan, dipilihnya Sapwaturraham menjadi andalan didasarkan prestasi yang dimiliki saat ini.
"Saat ini Sapwaturrahman peringkat satu di Asia Tenggara dan peringkat 44 di IAAF (pada 2018)," kata pelatih pelatnas PB PASI tersebut.
Karir olahraga Sapwaturrahman menanjak sejak berhasil menyumbang satu medali dari dua medali yang diraih cabang atletik pada Asian Games ke-18 tahun lalu.
Pada kejuaraan tersebut ia juga menoreh prestasi dengan menambah catatan rekor dari 7,74 meter menjadi 8,09 meter.
Di tahun yang sama sebelum Asian Games ke-18, Sapwa sapaan akrab pria kelahiran 13 Mei 1993 ini berhasil meraih medali emas di kejuaraan Asia Korea Selatan.
Selain untuk SEA Games 2019, Sapwaturrahman juga dipersiapkan untuk kejuaraan multievent tingkat tinggi Olimpiade 2020 di Jepang.
Untuk bisa lolos ke Olimpiade, Sapwaturrahman harus melewati prosesi latihan yang cukup berat. Karena syarat untuk masuk dalam Olimpiade atlet tersebut harus menempati peringkat 32 di International Association of Atheletics Federation (IAAF).
"SEA Games menjadi pertandingan antara saja, karena prioritas utama kita adalah Olimpiade," kata Arya.
Arya menambahkan, selain Sapwa, dua atlet lompat jauh lainnya juga disiapkan yakni Suwandi Wijaya dari Bali dan Ahmad Hambali Syukur.
Sementara itu, Sapwaturrahman merasa kondisi fisiknya jauh lebih fit dibandingkan saat bertanding di Asian Games 2018.
Kondisi fisik yang prima ini menambah kepercayaan dirinya untuk meraih poin sebanyak-banyaknya pada kejuaraan-kejuaraan yang akan dilaluinya sebelum Olimpiade.
"Waktu di Asian Games saya cedera otot pangkal paha, Alhamdulillah bisa menyumbang perunggu," kata Sapwa.
Tahun ini lanjutnya, dengan kondisi yang prima dan latihan yang baik, pria asal Sumbawa, NTB ini optimistis bisa membawa medali untuk Indonesia.
Baca juga: Sapwaturrahman sumbang medali pertama atletik
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019