Jakarta (ANTARA News) - Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Wisnu Widjaja mengatakan gempa biasanya terjadi berulang di tempat yang sama seperti sebuah siklus.Gempa tidak bisa diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi tempatnya sudah bisa diperkirakan
"Gempa tidak bisa diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi tempatnya sudah bisa diperkirakan," kata Wisnu dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis.
Wisnu mengatakan Indonesia memiliki peluang mengalami gempa karena berada di wilayah yang memiliki banyak lempeng tektonik, patahan atau sesar. Gempa biasanya terjadi di antara dua lempeng.
Menurut Wisnu, para pakar Indonesia sudah memiliki data di mana saja pernah terjadi gempa. Data tersebut digunakan untuk memperkirakan tempat-tempat yang rawan terjadi gempa.
"Peluang terjadi gempa ada, dan masyarakat tinggal di tempat. Tentu ada hambatan sosiologis untuk memindahkan mereka dari tempat-tempat yang rawan gempa," tuturnya.
Catatan dan data tentang kemungkinan bencana, termasuk gempa, tidak boleh diabaikan. Wisnu mengatakan data tersebut harus menjadi dasar untuk merencanakan pembangunan di setiap daerah.
"Gempa adalah proses alam yang tidak bisa dicegah. Karena itu, dalam Rapat Koordinasi Nasional BNPB 2019, salah satu arahan Presiden Joko Widodo adalah perencanaan pembangunan daerah berdasarkan aspek-aspek pengurangan risiko bencana," katanya.
Menurut data Pusat Studi Gempa Nasional, wilayah Indonesia memiliki enam sumber gempa subduksi atau penunjaman dengan 16 segmentasi zona megathrust serta 295 sesar aktif.
Baca juga: 347 bangunan rusak akibat gempa Sumbar
Baca juga: Kepala BNPB sebut kerugian akibat bencana bisa dicegah
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019