Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP51) menilai daya saing ekspor produk perikanan dalam bentuk kemasan beku "frozen" perlu ditingkatkan karena masih jauh tertinggal dengan negara eksportir lainnya.Di Indonesia peluangnya ikan patin atau bandeng yang kira-kira dari segi harga dan rasa bisa bersaing
Ketua Umum AP51 Budhi Wibowo mengatakan produk-produk kemasan beku yang diekspor dari Indonesia umumnya hanya mengandung ayam atau daging sapi, sedangkan negara pesaing eksportir, yakni Thailand sudah mengemas produk ikan, seperti seafood dan makarel dalam bentuk makanan siap saji.
"Thailand itu ikannya diimpor dari Indonesia dalam bentuk ikan segar, tetapi kemudian mereka ekspor dalam bentuk ikan yang sudah disteam dan dalam bentuk 'ready to eat'. Ekspornya kini sudah ke seluruh dunia," kata Budhi pada diskusi Outlook Perikanan 2019 di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan perusahaan olahan makanan siap saji harus mulai merambah pada produk perikanan beku siap saji (ready to cook dan ready to eat). Menurut dia, pasar ekspor ikan segar sudah memiliki pasarnya tersendiri, sedangkan ekspor produk ikan beku masih kurang digarap, padahal potensinya besar bisa mencapai puluhan juta ton.
Oleh karena itu, AP51 dalam dua tahun terakhir telah mengusulkan strategi pengembangan perikanan budidaya agar bisa bersaing dengan negara kompetitor melalui konsentrasi terhadap jenis ikan tertentu.
Menurut dia, ekspor perikanan budidaya harus fokus pada spesies tertentu, misalnya untuk air payau, udang dan ikan bandeng menjadi komoditas yang harus diprioritaskan . Sementara itu untuk air tawar, ikan patin dan lele juga menjadi spesies yang berpotensi meningkatkan daya saing ekspor.
Budhi mengakui bahwa pemasaran makanan siap saji dari produk ikan di Indonesia memang tidak mudah karena masyarakat terbiasa mengkonsumsi daging sapi dan ayam.
Oleh karena itu, perusahaan makanan siap saji harus bisa menghasilkan produk makanan yang rasanya lezat dan bisa menyaingi daging ayam.
"Di Indonesia peluangnya ikan patin atau bandeng yang kira-kira dari segi harga dan rasa bisa bersaing. Saya harap pasar ini bisa kita garap dan dipasarkan dari lokal sampai ekspor," kata dia.
Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, jenis produk perikanan budidaya yang biasa digunakan dalam ketahanan pangan adalah patin, gurame, lele dan bandeng.
Dalam kurun waktu 2015-2018 volume perikanan budidaya meningkat rata-rata sebesar 3,36 persen. Komoditas yang meningkat signifikan adalah udang (32,68 persen), gurame (35,04 persen), lele (24,66 persen), kakap (19,26 persen), nila (12,85 persen).
Baca juga: Pengamat: pemerintah perlu bantu persiapan ekspor perikanan
Baca juga: Kadin minta volume dan nilai tambah ekspor perikanan dioptimalkan
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019