"Jadi, semua pihak harus ikut menjaga dan melestarikan situs dan peninggalan sejarah zaman dahulu, khususnya di Provinsi Papua," kata
Kepala Balai Arkeologi Papua, Gusti Made Sudarmika, di Jayapura, Kamis.
Ia mengemukakan pihaknya hanya berupaya untuk menyelamatkan situs-situs sejarah itu dan tidak fokus pada satu tempat sehingga dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak untuk melestarikan.
"Karena benda-benda bersejarah itu harus diselamatkan, kalau tidak mulai dilakukan sekarang berarti itu namanya bukan peninggalan leluhur lagi," ujarnya.
Dia mengaku sudah menyampaikan kepada pemerintah agar memperkenalkan situs budaya atau peninggalan-peninggalan sejarah yang ada melalui kegiatan-kegiatan akbar.
Di antaranya, kata dia, seperti Festival Danau Sentani yang digelar tiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Jayapura.
"Namun pemerintah tidak memperkenalkan situs-situs sejarah yang ada di Kabupaten Jayapura melalui momentun tersebut," katanya.
Gusti memberi contoh pembuat gerabah, di mana kini sudah banyak pembuat gerabah sudah mulai punah karena gerabah itu masih dipahami sebagai alat saja bukan sebagai sebuah budaya.
"Jika dipandang sebagai sebuah alat maka ada yang lebih baik lagi maka ini akan ditinggalkan, tetapi itu kalau sebuah budaya berarti kita bisa berinovasi," ujar Gusti.
Baca juga: Rahasia situs Tutari dan wisata sejarah Papua
Baca juga: Peneliti temukan guna hunian kuno di bukit karst Sentani
Baca juga: Gua kubur prasejarah ditemukan di Teluk Kabui Raja Ampat
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019