• Beranda
  • Berita
  • BPPT asistensi Jakpro pilih teknologi tempat pengolahan sampah penghasil listrik

BPPT asistensi Jakpro pilih teknologi tempat pengolahan sampah penghasil listrik

1 Maret 2019 10:00 WIB
BPPT asistensi Jakpro pilih teknologi tempat pengolahan sampah penghasil listrik
Arsip Foto - Warga beraktivitas di dekat truk pengangkut sampah di area proyek Fasilitas Pengolahan Sampah Terpadu atau "Intermediate Treatment Facility" (ITF) Sunter, Jakarta, Selasa (12/2/2019). Proyek dengan kapasitas 2.200 ton per hari yang ditargetkan beroperasi pada 2021 itu hingga kini belum dimulai pembangunannya meski groundbreaking proyek telah dilakukan Desember 2018. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Kami merekomendasikan teknologi yang menggunakan proses thermal,

Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan asistensi dan evaluasi terkait pemilihan teknologi tempat pengolahan sampah penghasil listrik atau Intermediate Treatment Facility (ITF) untuk PT Jakpro. 

Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryanto dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan  memang kerja sama dengan BPPT untuk membantu pihaknya memilih teknologi yang tepat untuk digunakan dalam ITF. 

“Jakpro ingin melanjutkan kerja sama dengan BPPT dalam menangani sampah di Kota Jakarta. Dalam dua tahun ke depan, Jakpro pun mendapat tugas untuk membangun 3 ITF sampah di Jakarta,” katanya. 

Kepala BPPTl Hammam Riza menyebut pihaknya tengah melakukan asistensi dan evaluasi terkait rencana pembangunan ITF atau tempat pengolahan sampah yang menghasilkan listrik tersebut. 

“ITF ini kan nantinya dibangun di tengah kota, salah satunya di kawasan Sunter, lalu Jakarta Barat, Timur dan Selatan juga ya, atau disebut ITF 1,2,3 dan 4. Tentu ini merupakan tantangan besar yang membutuhkan terobosan teknologi untuk mewujudkannya,” kata Hammam. 

Lebih lanjut ia mengatakan BPPT telah mengusulkan penggunaan teknologi thermal yang tepat. Hal inipun dikarenakan pembangunan ITF tersebut, akan memiliki kapasitas pengolahan 2000 ton. 

"Kami merekomendasikan teknologi yang menggunakan proses thermal. Dengan proses ini, timbunan limbah padat (sampah) dalam jumlah besar dapat diubah menjadi panas yang kemudian dikonversikan menjadi energi dalam bentuk energi listrik," paparnya.

Terkait keunggulan pengolahan sampah dengan menggunakan proses thermal ini, Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT yang juga sebagai Plh. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Rudi Nugroho mengatakan ada dua keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan proses tersebut.  

Pertama, sampah dengan jumlah besar dapat dihabiskan dengan waktu yang singkat. Kedua, diperoleh energi listrik yang dapat dimanfaatkan, baik untuk mendukung proses pengolahan sampah itu sendiri maupun untuk digunakan oleh masyarakat. 

Teknologi pengolahan sampah dengan proses thermal, lanjut Rudi, saat ini dipandang paling efektif dan telah banyak digunakan oleh sebagian besar negara maju seperti Jepang, Singapura, Perancis, Austria dan Finlandia. Negara-negara maju tersebut menggunakan teknologi incinerator untuk pengolahan sampah.

Teknologi yang dipakai ia mengatakan menggunakan proses thermal Incinerator type stoker grate yang dilengkapi sarana pengendali polusi udara. Dengan teknologi ini, sampah dapat musnah secara cepat, volume berkurang signifikan, dan ramah lingkungan.

“Lebih dari 70 persen pengguna teknologi thermal  bahkan telah mengkonversikan panas yang dihasilkan untuk selanjutnya diubah menjadi energi listrik,” kata Rudi.


Baca juga: Anies lakukan peletakan batu pertama ITF Sunter

Baca juga: ITF Sunter dirancang penuhi standar lingkungan Uni Eropa

Baca juga: Bekasi minta Jakarta naikkan kompensasi bau TPST Bantargebang

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019