• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Nelayan Kotawaringin Timur diminta waspadai gelombang dua meter

BMKG: Nelayan Kotawaringin Timur diminta waspadai gelombang dua meter

3 Maret 2019 22:07 WIB
BMKG: Nelayan Kotawaringin Timur diminta waspadai gelombang dua meter
Fenomena Cuaca Bocah bermain di pelabuhan Tempat Pelelangan Ikan Kalibaru, Jakarta Utara, yang dinaungi awan gelap, Senin (18/2). Pakar Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi menyebut fenomena cuaca Madden Julian Oscillation (MJO) akan membentuk gugus awan yang terbawa ke wilayah Indonesia sehingga mengakibatkan curah hujan cukup tinggi 2 pekan ke depan. (FOTO ANTARA/Fanny Octavianus)
Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, meningkatkan kewaspadaan karena saat ini gelombang laut mencapai dua meter sehingga sangat rawan menyebabkan kecelakaan bagi kapal-kapal nelayan yang umumnya berukuran tidak terlalu besar.

"Dari pantauan prakiraan gelombang di perairan selatan Kalimantan berpotensi terjadi peningkatan antara satu sampai dua meter. Jadi, para nelayan perlu waspada jika hendak melaut," kata Kepala BMKG Stasiun H Asan Sampit, Nur Setiawan di Sampit, Minggu.

Gelombang tinggi dipengaruhi kecepatan angin. Ketinggian gelombang sekitar dua meter memang tidak terlalu membahayakan bagi kapal barang dan penumpang yang umumnya berukuran besar, namun gelombang setinggi itu membahayakan kapal nelayan yang biasanya berukuran kecil.

Nur Setiawan juga mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca buruk yang kemungkinan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk bisa berimbas ke perairan Kalimantan Tengah. Potensi cuaca yang berpotensi terjadi khususnya adalah hujan deras.

Berdasarkan informasi dari BMKG pusat, kata Nur Setiawan, awal Maret ini terpantau beberapa fenomena atmosfer yang muncul secara bersamaan. Fenomena-fenomena tersebut dapat membawa konsekuensi meningkatnya potensi curah hujan tinggi di kawasan Indonesia.

Saat ini teridentifikasi adanya aktivitas `Madden Julian Oscillation` (MJO) di Samudera Hindia. MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat atau Samudera Hindia ke timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.

MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan. Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi. 

Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.

BMKG mengimbau kepada masyarakat tetap waspada pada periode awal Maret, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin. Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019.

Kalimantan Tengah termasuk wilayah yang berpotensi dilanda hujan deras. Sementara itu, potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di perairan selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Selat Bali bagian Selatan, Samudera Hindia Barat Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa hingga Bali.

Baca juga: BMKG identifikasi aktivitas MJO tingkatkan curah hujan
Baca juga: Topan Wutip pengaruhi cuaca Indonesia
Baca juga: BBMKG sampaikan peringatan gelombang tinggi Papua-Papua Barat
 

Pewarta: Kasriadi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019