"Karena popularitasnya meningkat akhirnya perburuan tumbuhan ini di alam cukup tinggi untuk diperdagangkan," kata Destri, peneliti Bungai Bangkai Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa.
Destri menuturkan banyak iklan untuk memperdagangkan Bunga Bangkai beredar di media sosial padahal seharusnya bunga langka itu dipelihara dan dilestarikan.
Dia menuturkan ancaman yang umum terhadap keberadaan dan keberlangsungan hidup Bunga Bangkai adalah pembukaan lahan dan konversi hutan.
Salah satu upaya untuk menyelamatkan Bunga Bangkai dari ancaman tersebut adalah dengan melakukan konservasi, memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang nilai-nilai keanekaragaman hayati Indonesia serta menghentikan perburuan liar.
Dia mengatakan tidak ada perawatan khusus terhadap Bunga Bangkai di Kebun Raya Cibodas karena lokasi tumbuhnya tanaman bagus dan sesuai untuk tumbuhan itu.
Menurut dia, dalam hal perawatan tanaman, yang perlu dilakukan hanya membersihkan dari gulma dan memastikan tanahnya gembur yaitu dengan rutin menambah serasah di permukaan tempat tumbuh. Di kondisi kemarau yang sangat ekstrim, tumbuhan Bunga Bangkai sesekali disiram.
Pengamatan siklus hidup juga harus selalu dilakukan karena Bunga Bangkai memiliki jangka waktu untuk fase dorman atau istirahat.
Jika waktu "istirahat" sudah lewat terlalu jauh, artinya tanaman "tidur" terlalu lama, maka umbi harus diperiksa karena kemungkinan ada gangguan yang bisa berasal dari hama, penyakit, atau luka terkena tusukan akar-akar pohon di sekitarnya.
Untuk kasus seperti itu, umbi akan dibongkar, diobati, kemudian ditanam lagi.
Baca juga: Bunga bangkai kembali mekar di Kebun Raya Cibodas LIPI
Baca juga: Bunga bangkai setinggi 2,5 meter mekar di Kebun Raya Cibodas
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019